Terdapat senyum yang terselip, lirih namun nyata,
Seakan menjadi pelita di tengah badai duka,
Menyinari sudut-sudut hati yang terluka.
Senyum itu datang dari wajah yang letih,
Menawarkan kelembutan tanpa syarat,
Meskipun air mata mengalir di pipi,
Ada kekuatan tersembunyi di balik tatapan yang rapuh.
Di jalanan basah oleh hujan deras,
Senyum itu seperti pelangi sesaat,
Menjadi jembatan antara harapan dan kenyataan,
Memisahkan langit kelabu dengan cakrawala yang cerah.
Tak mudah menjumpai senyum di tengah duka,
Tapi ia ada, bagai kuncup bunga di antara duri,
Mengajarkan bahwa kebahagiaan tak selalu tentang tertawa,
Melainkan keberanian untuk tersenyum saat hati menangis.
Senyum itu adalah doa tanpa kata-kata,
Sebuah pengakuan bahwa meski dunia berputar tak menentu,
Ada kekuatan yang bertahan, ada keindahan yang bertahan,
Di antara retakan-retakan hati yang paling dalam.
Setiap senyum adalah pemberontakan,
Melawan deru angin duka yang tak pernah lelah,
Membawa pesan bahwa kita lebih dari sekedar kesedihan,
Kita adalah makhluk yang mampu mencipta cahaya,
Meski di tempat yang paling gelap sekalipun.