Di puncak Bukit Harapan, fajar merekah pelan,
Membawa janji baru dengan tiap embun yang gemerlapan.
Senyuman pagi menyingsing lembut, ceria menawarkan awal,
Sebuah permulaan baru, sebuah cerita yang belum terkisah.
Angin sepoi membelai dedaunan, suara alam menjadi nyanyian,
Burung-burung berkicau, merayakan sinar pertama yang datang.
Senyuman itu, hangatnya seperti pelukan ibu,
Menyambut setiap jiwa yang mendaki, mencari arti hidup yang sejati.
Di sini, di Bukit Harapan, setiap pagi adalah lukisan,
Warna-warni mimpi yang tersebar di antara awan dan matahari.
Senyuman pagi itu, seperti mantra yang menghapus segala luka,
Menggantinya dengan kekuatan untuk melangkah lebih jauh lagi.
Setiap tetes embun, cermin kecil dari harapan,
Merefleksikan cahaya pada setiap sudut yang sempat terlupa.
Dan dalam kehangatan senyuman pagi itu,
Ada keberanian yang tumbuh, mengakar dalam, tak tergoyahkan.
Jadi, di Bukit Harapan, kita bertemu,
Untuk berbagi senyuman, untuk saling menguatkan.
Di sini, kita tidak hanya menyaksikan fajar,
Tapi menjadi bagian dari cahaya itu, menyinari dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H