Lihat ke Halaman Asli

Penulis Senja

Guru Honorer

Coffee Clash - A Brewed Awakening [26]

Diperbarui: 6 Mei 2024   06:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Minggu telah berlalu sejak Brew Classic mulai menyelenggarakan kegiatan yang memperkuat komunitas, dan Ava dan Leo merasa semakin terhubung dengan pelanggan mereka. Tetapi pada suatu pagi yang tampak biasa, sebuah kejadian tak terduga memaksa mereka untuk menghadapi sebuah tantangan yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Pagi itu, ketika Ava sedang menggiling kopi baru yang mereka terima dari seorang pemasok lokal, mesin kopi utama mereka tiba-tiba berhenti berfungsi. Bunyi gemeretak yang tak menyenangkan diikuti dengan hening total---hal terakhir yang ingin didengar oleh setiap barista pada jam sibuk. Ava, dengan cepat, mencoba untuk menghidupkannya kembali, tapi sia-sia.

Leo, yang mendengar kegaduhan dari belakang, bergegas ke depan untuk melihat apa yang terjadi. "Apa yang terjadi?" tanyanya, segera memeriksa mesin tersebut.

"Entahlah, tiba-tiba saja berhenti," kata Ava, rasa frustrasinya terlihat jelas. "Kita perlu segera memperbaikinya. Lihat antrian itu, Leo."

Mereka melihat barisan pelanggan yang sudah mulai gelisah. Sebelum kepanikan benar-benar pecah, Leo mengambil inisiatif. "Biarkan aku mencoba memperbaikinya. Ava, bisa tolong ambilkan aku toolkit dari gudang?"

Sementara Leo berusaha keras memperbaiki mesin, Ava mulai menenangkan pelanggan dengan menawarkan minuman alternatif seperti teh dan espresso dingin yang bisa mereka buat dengan mesin lain. "Kami minta maaf atas ketidaknyamanan ini," kata Ava kepada setiap pelanggan. "Kami menawarkan diskon untuk semua minuman panas lainnya hari ini sebagai permintaan maaf kami."

Setelah beberapa saat tegang dengan cobaan berulang, Leo berhasil memperbaiki mesin, meskipun dia tahu ini hanya solusi sementara. "Kita perlu memanggil teknisi untuk melihatnya secepatnya," ujarnya sambil mengelap keringat di dahinya.

Dengan mesin kembali beroperasi, kafe kembali hidup dengan suara mesin espresso dan percakapan yang ramah. Ava, lega tetapi masih sedikit gugup, bergabung kembali dengan Leo di belakang bar. "Kau selamatkan kita, Leo. Terima kasih," ucapnya dengan nada lega.

Leo tersenyum, "Kita selamatkan ini bersama. Tapi ini memang wakeup call untuk kita. Kita harus lebih siap lagi dengan pemeliharaan peralatan kita."

Hari itu berakhir dengan lebih tenang dari yang diawali. Mereka telah belajar pentingnya persiapan dan keandalan, dan bahwa komunitas yang mereka layani adalah yang paling penting. Mereka menutup hari dengan perasaan terima kasih terhadap setiap pelanggan yang memilih untuk tetap dan mendukung mereka, bahkan di tengah krisis kecil. Sebuah pengingat yang kuat bahwa setiap hari di Brew Classic adalah kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline