Dalam ilmu bahasa terutama dari pandangan Systemic Functional Linguistics (SFL), tulisan deskriptif yang menggambarkan objek secara umum disebut report. Anderson dan Anderson (2003) menyebutnya laporan informasi (information report), yaitu: tulisan yang menyajikan informasi tentang suatu objek.
Sesuai sub judul di atas, objek tulisan report bersifat umum. Jika objeknya berupa manusia, tulisan report bisa mendeskripsikan secara umum orang dari etnis Jawa, bangsa Eropa, masyarakat Muslim atau yang lainnya. Berkenaan dengan mahluk hidup selain manusia, artikel report bisa menggambarkan hewan kucing, bunga anggrek atau hewan/tumbuhan lainnya dilihat dari keumumannya. Selain mengenai mahluk hidup seperti yang baru saja disebutkan, report sering mengilustrasikan benda mati atau fenomena alam seperti batu, gunung berapi, tsunami atau lainnya; dan benda buatan manusia seperti komputer, kendaraan bermotor, ilmu pengetahuan atau yang lainnya.
Report ditulis tidak berdasarkan atau dipengaruhi subjektivitas dari penulisnya. Jenis tulisan ini terbebas dari persepsi atau pendapat penulisnya terhadap objek yang ditulisnya. Artikel dengan jenis report cenderung objektif dan menyajikan objek apa adanya sebagai hasil dari penelitian ilmiah.
Seorang penulis report tidak harus melakukan penelitian lapangan sendiri untuk memperoleh data primer. Penulis bisa menggunakan data sekunder sebagai hasil penelitian para ilmuwan melalui studi pustaka seperti buku referensi, kamus, ensiklopedia dan jurnal ilmiah.
Bagaimana report bisa dikembangkan?
Di Kompasiana ditemukan banyak artikel jenis report. Dua diantaranya yang saling berkaitan berjudul "Palmistry, dari Bonaparte Hingga Down Syndrome, Hidup adalah Oretan Garis Tangan" yang mulai tayang pada 1 Juni 2020 dan "Palmistry Dunia Kesehatan, Meramal Garis Tangan Bukan Ilmu Gaib" yang mulai tayang sehari setelah yang pertama.
Saya angkat kedua artikel dengan label "Pilihan" dan "Utama" yang ditulis oleh Kompasianer Rudy Gunawan tersebut sebagai sampel dan rujukan dalam menulis.
Dalam mengembangkan tulisan report, pertama yang harus dilakukan adalah studi pustaka terkait topik atau objek yang hendak ditulis. Seperti Kompasianer Rudy Gunawan, sebalum atau sambil menulis artikelnya, memerlukan asupan pengetahuan tentang garis tangan. Salah satunya dengan merujuk pada chinahighlights.com.
Kedua, report mulai memperkenalkan kepada pembaca definisi, klasifikasi dan setting objek yang ditulis. Sebagai contoh, untuk memberi pengertian palmistry, Pak Rudy Gunawan memulai tulisannya "Palmistry, dari Bonaparte Hingga Down Syndrome, Hidup adalah Oretan Garis Tangan" dengan istilah-istilah yang tidak asing di masyarakat umum.
Pernah diramal atau meramal nasib berdasarkan garis pada telapak tangan? Tanpa kita sadari, garis pada telapak tangan sudah menjadi pandangan umum sebagai "penanda nasib". Bahkan lebih jauh lagi, istilah nasib itu sendiri sudah sangat akrab dengan kalimat "garis tangan"
Kemudian ia masuk ke istilah ilmiah dan sejarah singkat palmistry berdasarkan hasil bacaan sebelumnya.
Istilah Palmistry dikenal sebagai seni membaca garis tangan manusia. Diperkirakan sudah diperkenalkan di China sejak Zaman Dinasty Zhou (1046 -- 256 SM). Namun karya terlengkap mengenai Palmistry barulah muncul pada Zaman Dinasty Han Barat (202 -- 9 SM).
Setelah itu, penulis menyampaikan kepada pembaca kategori palmistry, seperti digambarkan dalam dua pararagraf berikut.
Ada dua disiplin ilmu mengenai seni membaca telapak tangan. Para tabib kuno menggunakannya untuk membaca kesehatan. Menurut mereka, tangan merupakan ujung dari jutaan sel saraf yang berhubungan langsung dengan otak.
Sebagian lagi memercayai bahwa garis tangan berhubungan dengan nasib dan karakter. Disebutkan bahwa selain masalah kesehatan, garis tangan juga dapat mengungkap informasi yang lebih komprehensif yang berhubungan dengan keuangan, watak, jodoh, dan lain sebagainya.