Lihat ke Halaman Asli

Javeni

Mahasiswa

Teknologi Co-Firing Biomassa sebagai Green Solution Untuk Masa Depan PLTU Batu Bara

Diperbarui: 14 Agustus 2023   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PLTU Suralaya yang telah menerapkan co-firing (Foto/Dok Dunia Energi)

Mengurangi emisi CO2 dari pemakaian batu bara merupakan salah satu inovasi untuk mengurangi permasalahan pemanasan global. Co-firing sebagai salah satu program  strategis transformasi PLN "Green Boster" dalam mencapai bauran EBT. Co-firing adalah proses penambahan dua jenis bahan bakar berbeda, yakni biomassa dan batu bara sebagai bahan bakar pengganti parsial ke dalam boiler batu bara tanpa melakukan modifikasi yang signifikan. Co-firing biomassa menjadi salah satu solusi dalam upaya dekarbonisasi pada PLTU sehingga penggunaan batu bara sebagai bahan baku pembangkit listrik dapat dikurangi secara berkelanjutan. Cara ini akan meningkatkan bauran energi baru terbarukan dalam total energi nasional dengan cepat tanpa harus membangun pembangkit listrik baru.

Sumber biomassa yang digunakan untuk penerapan co-firing sangat beragam, mulai dari limbah pertanian, perkebunan, industri, sampah dan pelet kayu. Wood pellet merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari serbuk kayu. Bahan bakar wood pellet berupa limbah industri penggergajian, limbah tebangan, dan limbah industri kayu lainnya. Wood pellet dapat digunakan sebagai bahan bakar pembakaran boiler. Limbah seperti ini sangat banyak di sekitar kita, jadi harus dimanfaatkan.

Untuk menetapkan co-firing sebagai inovasi dalam mengurangi pemakaiaan batu bara di Indonesia berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan bakar.

* Nilai kalor hasil blending antara batu      bara dengan biomassa, kenaikan dan penurunan nilai kalor akan mempengaruhi kebutuhan pembangkit
* Densitas bahan bakar yang akan mempengaruhi transportasi terutama di lingkungan pembangkit
* Preparasi bahan bakar terutama kemampuan alat penggerus yang mempersiapkan bahan sampai boiler
* Kecepatan dan karakteristik pembakaran yang berbeda
* Jumlah klorin yang dapat menyebabkan thermal corrosion yang berpengaruh ke dalam kapasitas kerja dan umur boiler

Sebanyak 13 Pltu telah menerapkan implementasi co-firing biomassa. Berikut ini 13 pltu tersebut beserta bahan biomassa yang digunakan.
1. PLTU Paiton - 800 MW (Serbuk kayu)
2. PLTU Jeranjang - 150 MW (SRF Sampah)
3. PLTU Sanggau - 14 MW (Cangkang sawit)
4. PLTU Ketapang - 20 MW (Cangkang sawit)
5. PLTU Suralaya - 1600 MW (Sekam padi)
6. PLTU Barru - 100 MW (SRF Sampah)
7. PLTU Pacitan - 630 MW (Serbuk kayu)
8. PLTU Anggrek - 56 MW (SRF Sampah)
9. PLTU Rembang - 630 MW (wood pellet)
10. PLTU Labuan - 600 MW (SRF sampah)
11. PLTU Lontar - 945 MW (sekam padi)
12. PLTU Adipala - 660 MW (Sawdust)
13. PLTU Pelabuhan Ratu - 1050 MW (Sawdust)
Sumber: Ditjen EBTKE

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga 2025 PLN menargetkan bisa melakukan implementasi co-firing pada 52 unit PLTU. 

Teknik Co-firing biomassa sudah tepat diimplementasikan di indonesia, karena ini merupakan langkah paling realistis dalam menjalankan komitmen implementasi green energy. Transisi energi menjadi tugas yang berkelanjutan dan harus diteruskan pada generasi selanjutnya agar tujuan untuk mencapai net zero emission di 2050 bisa tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline