Lihat ke Halaman Asli

Mampukah Sastra Indonesia Bertahan di Era Digital?

Diperbarui: 25 April 2022   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah muncul dalam benak kalian pertanyaan mengenai “Bisakah sastra Indonesia bertahan pada masa globalisasi ini?”. Pertanyaan sejenis itulah yang kadang terlintas dipikiran saya saat sedang mempelajari sastra Indonesia.

Di era digital yang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta informasinya sangat pesat, tentu saja terdapat banyak dampak positif maupun negatif. 

Bayangkan saja pada era digital seperti sekarang, kita sudah tidak terlalu sering menggunakan media kertas seperti koran, majalah, buku, dan jenis media cetak lainnya. Sekarang sudah serba modern dan canggih. Banyak media cetak yang beredar beralih dari media kertas ke media elektronik seperti handphone.

Sudah banyak koran, majalah, dan buku yang sekarang terbit melalui media digital seperti e-book, koran digital, dan sebagainya. Karena dengan media digital, sangat mudah untuk mempublish hasil karya kita tersebut. 

Orang-orang sekarang juga lebih sering menggunakan ponsel untuk membaca berita, membaca buku, mencari informasi ketimbang membacanya melalui media cetak yang lebih sulit untuk dicari dan membutuhkan biaya.

Lalu bagaimana dengan karya-karya sastra bangsa Indonesia di masa sekarang? Apakah dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi karya-karya tersebut akan tergerus oleh zaman?

Seperti yang kita tahu, perjalanan sejarah sastra Indonesia sangat panjang di mulai dari sebelum kemerdekaan. Sastra Indonesia sudah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Setiap periodisasi dalam Sastra Indonesia, memiliki perbedaan mulai dari tema yang diambil sampai kepenggunaan bahasa Indonesia. 

Pada masa awal periodisasi yaitu pada angkatan Pujangga Lama, Sastra Melayu Lama, dan Balai Pustaka, bahasa yang digunakan dalam karya sastra tersebut adalah bahasa melayu kental, belum menggunakan bahasa Indonesia seperti yang kita gunakan pada masa sekarang. 

Selain itu, tema yang diambil pada tiap periodisasi tentu saja berbeda, seperti sastra angkatan 45 dan sastra era reformasi mengambil tema serta topik sastra yang berbeda.

Semakin modern zaman, semakin berkembang juga sastra Indonesia. Banyak sastrawan Indonesia yang masih eksis hingga saat ini dengan berbagai karyanya yang digemari oleh remaja bahkan orang dewasa pada masa kini. Seperti misalnya Tere Liye seorang penulis buku yang karya-karyanya sangat booming yaitu pada seri "Bumi" dan novel-novel terkenal lainnya. 

Selain itu ada novel “Laut Bercerita” karya Leila Salikha Chudori yang juga sangat digemari oleh penikmat novel. Masih banyak sastrawan baru di Indonesia yang sudah menerbitkan karya sastranya dan disukai oleh banyak kalangan, bahkan sampai dijadikan sebuah film seperti pada film “Dilan” yang diambil dari novel karya Pidi Baiq berjudul “Dilan 1990”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline