Lihat ke Halaman Asli

Jauza Nabila

Mahasiswa UINSA

Lentera Ramadhan

Diperbarui: 2 Desember 2024   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hamparan hijau dan udara sejuk, hiduplah seorang pria bernama Ali. Ali adalah seorang suami dan ayah yang berdedikasi, selalu berusaha menjalankan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari. Saat Ramadhan tiba, Ali merasa tersentuh oleh hadis yang pernah ia dengar dari ustaz di masjid: "Awal Ramadhan itu rahmat, pertengahannya ampunan, dan ujungnya adalah pembebasan dari api neraka."

Ali selalu menanti-nanti datangnya bulan Ramadhan. Pada hari pertama Ramadhan, ia merasa suasana desa berubah menjadi lebih damai dan penuh harapan. Di rumahnya yang sederhana, Ali bersama istri dan dua anaknya menyiapkan hidangan sahur dengan penuh sukacita. Mereka makan bersama, saling berbagi canda dan tawa, merasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah.

Usai sahur, Ali pergi ke masjid untuk menunaikan shalat subuh berjamaah. Masjid yang biasanya sepi kini dipenuhi oleh jamaah yang bersemangat menyambut bulan suci. Ustaz memberikan ceramah singkat, mengingatkan jamaah bahwa awal Ramadhan adalah waktu di mana rahmat Allah melimpah ruah.

Ali merasakan betul rahmat ini. Setiap hari, ia menemukan ketenangan dalam hatinya. Segala kekhawatiran dan beban hidup seolah sirna ketika ia berpuasa dan menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh. Ali merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk merasakan berkah Ramadhan bersama keluarganya.

Saat Ramadhan memasuki pertengahan bulan, Ali semakin giat dalam beribadah. Ustaz di masjid selalu mengingatkan bahwa pertengahan Ramadhan adalah waktu di mana Allah memberikan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Ali menyadari betapa pentingnya memohon ampunan atas segala dosa-dosa yang pernah ia lakukan.

Setiap malam setelah shalat tarawih, Ali tidak lupa memperbanyak istighfar dan berdoa kepada Allah. Ia mengakui segala kesalahan dan kekhilafannya dengan tulus. Ali juga mengajak keluarganya untuk lebih banyak berdoa dan meminta ampunan. Bersama-sama, mereka berdoa agar diberikan hati yang bersih dan jauh dari segala penyakit batin.

Di pertengahan bulan Ramadhan, Ali merasa terdorong untuk memperbaiki hubungannya dengan seseorang yang pernah berselisih dengannya. Temannya, Hasan, sudah lama tidak bertegur sapa karena kesalahpahaman yang pernah terjadi. Ali merasa bahwa Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk membuka pintu maaf dan memulihkan hubungan persahabatan mereka.

Suatu sore, Ali mendatangi rumah Hasan. Dengan penuh kerendahan hati, ia mengucapkan salam dan memohon maaf atas segala kesalahan yang pernah ia lakukan. Hasan terkejut melihat kedatangan Ali, namun ia merasakan ketulusan di wajah Ali. Keduanya saling berpelukan, menghapus segala dendam dan kebencian yang pernah ada.

Hasan merasa terharu dengan sikap Ali. Ia pun memohon maaf atas kesalahannya dan berterima kasih karena Ali telah memulai langkah untuk memperbaiki hubungan mereka. Keduanya merasa lega dan bahagia, merasakan betapa indahnya mendapatkan ampunan dari Allah dan dari sesama manusia.

Tidak terasa, Ramadhan sudah hampir tiba di penghujungnya. Di minggu terakhir, suasana semakin khusyuk. Warga desa semakin giat beribadah, seolah tidak ingin melewatkan sedikitpun waktu yang tersisa. Ustaz kembali mengingatkan bahwa di ujung Ramadhan, Allah memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk dibebaskan dari api neraka.

Ali menghabiskan waktu lebih banyak di masjid. Ia berusaha untuk memperbaiki segala kekurangan dalam ibadahnya dan memperbanyak amal baik. Ia mengikuti i'tikaf di masjid, menghabiskan waktu dengan membaca Al-Quran, berzikir, dan berdoa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline