Lihat ke Halaman Asli

Jauhar Fajrin

Pengajar dan Pecinta Literasi

Rumah Kita adalah Keluarga

Diperbarui: 23 Oktober 2020   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Satu hal yang mengasyikan bagi saya ketika belajar bahasa Inggris adalah memahami makna dari kata-kata. Sudah lama saya penasaran dengan makna kata 'house' dan 'home'. Saya coba membuka kamus dan menemukan makna dari kedua kata tersebut. Kedua kata ini sama-sama bergenre 'noun' dimana arti kata 'house' lebih mengarah ke bangunan tempat kita tinggal, sementara 'home' adalah tempat kita tinggal. Sampai disini rasa penasaran saya belum terpuaskan secara tuntas, bahasa gaulnya' feelingnya belum dapat". Sampai pada suatu saat saya mendapatkan kesempatan untuk memahaminya secara paripurna.

Akhir tahun 2012, saya berkesempatan mengikuti kegiatan konferensi internasional yang diselenggarakan di Surabaya. Meski saya tinggal dan bekerja di Lombok (Indonesia), tetapi waktu itu saya memulai perjalanan saya dari Brisbane (Australia). Status saya pada saat itu adalah mahasiswa pada salah satu kampus di negara bagian Quensland- Australia. Tidak ada yang terlalu istimewa saat keberangkatan, saya mengambil rute Brisbane-Singapure-Surabaya. Sebenarnya saya sangat berat meninggalkan keluarga saya saat itu karena anak-anak baru saja memulai masa liburnya selama dua minggu. Sebelumnya kami sudah mempunyai rencana pergi kemping dan memancing selama masa liburan tersebut. Si bungsu tidak bisa menyembunyikan rasa kecewanya karena dia sangat terobsesi dengan memancing.

Kembali ke tema awal, proses pemaknaan saya yang mendalam mengenai kata house dan home dimulai ketika kegiatan konferensi sudah usai. Saat itu saya mempunyai cukup waktu untuk mampir menengok rumah yang sudah dua tahun ditinggalkan. Hati saya bercampur aduk antara tinggal beberapa hari di Lombok atau segera kembali ke Australia menemani sisa liburan anak-anak.

Setelah mempertimbangkan cukup lama akhirnya saya putuskan besok paginya terbang ke Lombok dan sore itu juga saya sudah terbang ke Singapure untuk selanjutnya kembali ke Brisbane. Saya sangat bersyukur waktu itu tiketnya saya sengaja pilih yang open, sehingga setiap saat saya bisa merubah jadwal penerbangan.

Perasaan saya pada waktu itu diliputi oleh keinginan untuk segera kembali dan berkumpul dengan keluarga kecil saya. Menemani mereka melewatkan masa liburan terasa lebih membahagiakan ketimbang berlama lama berada dirumah, meskipun sudah saya tinggalkan selama dua tahun. Waktu saya terasa lebih bermakna ketika berada diantara keceriaan mereka. Saat itu secara fisik saya berada dirumah sendiri (my-house), tetapi pikiran dan hati saya berada nun jauh disana disebuah rumah yang lain dimana keluarga saya berada. Mungkin inilah yang disebut dengan 'home'.

Perjalanan saya kembali ke Australia waktu itu terasa lebih bermakna dan memperkaya kehidupan saya selanjutnya. Sejujurnya waktu itu saya sangat merindukan Indonesia, dimana keluarga besar dan rumah saya berada. Tetapi keinginan saya untuk segera berada ditengah-tengah keluarga kecil saya jauh lebih besar dari hal lain. Dan pada momen itu saya mendapatkan makna terbaik dari sebuah kata 'home'.

Rumah kita adalah keluarga, sebuah tempat dimana kita bisa menemukan kedamaian hati dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Jadi tidak keliru apa yang dikatakan oleh Katrina Chambers,

"Home is not a place...it is a feeling".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline