Lihat ke Halaman Asli

jaucaw

pelajar

Konfigurasi Syukur

Diperbarui: 21 Agustus 2023   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar layar akun tumblr @ruangkerjau

Sering gak sii orang bilang "disyukuri saja" terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan harapanmu. Atau kata orang lain lagi "syukuri sajaa, banyak orang yang ingin berada di posisimu sekarang".

Begini teman-teman, menurut saya bersyukur itu susah. Apalagi untuk perihal yang diluar harapan kita walau baik. However, ini perintah Tuhan. Wasykuruli walaa takfuruun, kata-Nya. Perintah Tuhan nyatanya selalu murah namun tidak selamanya mudah, meskipun Dia memberikan waktu untuk berbenah.

Jujur saja, jika ada hal yang menimpamu tidak sesuai harapan apakah kamu seikhlas itu untuk bersyukur? Perjalanan untuk ikhlas pun tidak mudah, bukan?

Mulanya, saya selalu tidak sepakat dengan kata lingkungan saya "syukuri sajaa, banyak orang yang ingin berada di posisimu sekarang".  Terlepas dari motif orang bilang seperti itu yang saya tidak tahu, penangkapan saya selalu berbuah pertanyaan, 'apakah bersyukur itu harus didasari perbandingan dengan keadaan orang lain?'. Mengapa kejam sekali? Karena sejak dulu saya tidak suka dibandingkan.

Setelah saya diam tapi jelalatan kemana-mana, akhirnya saya menemukan standing point bahwa inilah yang dinamakan proses. Proses menuju hakikat syukur yang paripurna.

Semacam hukum alam, perjalanan  dalam memahami hidup memang butuh waktu yang kadang juga harus dihantam oleh beringasnya keadaan dulu. Dari yang bilangnya Alhamdulillah tapi dihatinya gerundel, bersyukur dengan melihat kondisi yang tidak lebih baik dari kondisinya, kemudian bersyukur yang memang tulus baik dzahir maupun batinnya.

Saya dulu sangat sinis saat disuruh bersyukur dengan cara membanding-bandingkan. Saya bilang 'level syukurku tidak secetek itu?' akan tetapi, setelah ngrogoh ati, ternyata saya yang lebih kejam dengan bilang seperti itu. Kenapa? Karena saya menghakimi perjalanan seseorang dan pada saat yang sama saya merasa ada di satu level diatasnya. Ah, jumawa sekali.

Penghakiman adalah bentuk kekejaman yang sangat. Sebab, sesama makhluk kita nggak berhak sama sekali untuk menghakimi keadaan orang lain. Sebab, terlalu banyak sisi yang tidak kita ketahui terhadap keadaan seseorang.

Jadi, bersyukurlah entah bagaimanapun caramu, karena itu adalah bentuk sikap legowo dalam melalui terjalnya kehidupan ini. Jangan takut, tidak ada yang layak menghakimimu kecuali Dia. Ingat, la in syakartum la aziidannakum. Semakin bersyukur, maka akan ditambahkan oleh-Nya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline