Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Jatmiko

The Seeker

"Dijual Masjid 1 Juta / M2"

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13274994862125026656

[caption id="attachment_158338" align="alignleft" width="216" caption="Billboard di tepi jalan besar"][/caption]

Billboard besar bertuliskan “Masjid Dijual, 1 juta/M2” ini saya baca tiap kali saya masuk ke Kota Batu dari arah Kota Malang. Tiap kali saya membaca tulisan tersebut, dalam hati saya bertanya-tanya apa sebenarnya maksud dari tulisan “Masjid Dijual” tersebut. Apakah untuk meminta sumbangan kepada donatur / sukarelawan? Atau memang benar-benar dijual? Lantas kalau memang masjid tersebut benar-benar dijual, siapa yang akan membelinya? Untuk tujuan apa? Andaikan ada yang serius membelinya, lalu sang pembeli merombak bangunan masjid tersebut menjadi “Mall” misalnya, apa penduduk setempat tidak keberatan?

Tujuan dibangunnya sebuah masjid tentunya sangatlah berbeda dengan sebuah ruko. Ruko dibangun dengan tujuan untuk dijual kembali kepada khalayak yang memerlukannya. Karena orientasinya adalah bisnis, maka pembangun ruko harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti lokasi, sarana jalan, area parkir, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Lain halnya dengan tujuan membangun masjid. Sebuah masjid dibangun atas dasar kebutuhan bersama masyarakat setempat untuk membangun tempat beribadah agar kebutuhan rohani masyarakat setempat bisa terpenuhi. Karena tujuan yang semacam itu, maka masjid bukanlah komoditi yang bisa dijual begitu saja layaknya sebuah ruko karena pembangunan masjid melibatkan banyak orang. Andaikan memang dijual, lalu bagaimana tanggung jawab moral kepada para donatur di jalan-jalan atau masyarakat sekitar yang rela mengeluarkan uang demi terwujudnya masjid tersebut?

Maka Billboard besar bertuliskan “Masjid Dijual, 1 juta/m2” tetaplah istilah yang kurang tepat. Walaupun tujuannya mungkin untuk menggalang dana, istilah “Dijual” tersebut tetaplah berkonotasi dan berorientasi ke bisnis. Apakah tidak ditemukan istilah lain yang lebih enak dibaca dan tidak menimbulkan kening berkerut?

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline