Menjadi bagian dari umat beragama tentu menjadi suatu kenikmatan tersendiri. Agama menjadikan manusia menjadi nyaman di dalam menjalani berbagai macam aktivitas. Hal itu disebabkan karena, di dalam agama memberikan pedoman untuk mengarungi seluk beluk kehidupan. Ajaran agama tidak pernah sirna termakan waktu. Segala hal yang diajarkan sangat bermanfaat untuk kehidupan. Salah satu pedoman di dalam agama Islam adalah mengajarkan umatnya untuk menjadi Ummatan Wasathan. Apakah yang dimaksud tentang Ummatan Wasathan tersebut?
Dalam beberapa sumber referensi penulis mengutip, "Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu (umat Islam) ummatan wasathan (umat yang adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu..." (QS. al-Baqarah/2: 143). Maka dari itu, ummatan wasatan diartikan sebagai pengikut agama yang mengambil jalan tengah atau penganut prinsip moderat. 2) ummatan wasatan dalam penafsiran Q.S. al-Baqarah/2: 143 menjelaskan bahwa ummatan wasatan adalah umat Islam yang benar-benar mengikuti ajaran Rasulullah saw.
Praktik untuk menjadi Ummatan Wasathan yaitu ketika Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah (perjalanan) dari kota Mekkah ke Madinah. Dimana pada saat itu, kondisi kota Madinah masih sangat tandus dan gersang. Untuk dapat beradaptasi dan membangun sebuah kota yang makmur memakan waktu relatif lama. Namun, seiring waktu berjalan kota Madinah menjadi salah satu kota yang maju dan besar. Di dalam membangun kota Madinah, ada lima (5) pilar yang Rasullulah SAW tanamkan. Apa saja 5 pilar itu?
Pilar pertama, adalah Aqidah : ketika Rasulullah pindah dan datang di Madinah, hal yang pertama dilakukan yaitu membangun Aqidah, keyakinan masyarakat dalam beriman kepada Alllah SWT. Oleh karena itu, pertama kali yang dilakukan beliau adalah mendirikan masjid. Bukan benteng, kantor maupun gedung-gedung megah. Hal tersebut juga bertujuan untuk membantuk dan membangun Aqidah masyarakat di kota Madinah.
Pilar kedua adalah Pendidikan : setelah Rasullulah SAW menanamkan Aqidah, beliau membangun pendidikan yang baik bagi masyarakat Madinah. Pada jaman itu, masjid juga digunakan untuk sarana pendidikan. Kegiatan Tholabul Ilmi sangat penting dilakukan, karena jika Aqidah yang tidak diimbangi dengan pendidikan, maka akan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Semisal, salah penafsiran, salah kaprah sampai salah persepsi antara satu orang dengan orang lain.
Pilar ketiga adalah Ekonomi : di dalam sumber referensi, Ekonomi adalah suatu ilmu mengenai cara masyarakat dalam mengelola Sumber Daya Ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya agar bisa mencapai KEMAKMURAN. Secara umum, Ilmu Ekonomi diartikan sebagai suatu bidang studi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam memilih serta menciptakan kemakmurannya.
Berbekal Aqidah dan pendidikan, masyarakat Madinah membangun sektor Ekonomi dari berbagai bidang. Pun karena dilandasi Aqidah dan pendidikan, maka kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah kegiatan yang Halal. Masyarakat Madinah mencari rejeki dengan cara-cara yang Halal. Misal, berdagang sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Aqidah dan pendidikan.
Kemudian pilar yang keempat adalah kesehatan : Kesehatan adalah investasi paling penting. Karena dengan kesehatan yang bagus maka bisa melakukan banyak hal. Ilmu tentang menjaga kesehatan dan juga pengobatan di aplikasikan oleh Rasulullah dan masyarakat Madinah, sehingga bisa menciptakan kota yang bersih, aman, nyaman dan sehat.
Pilar kelima yaitu Sosial : masyarakat Madinah diajarkan untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal tersebut dilakukan agar supaya tidak ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Saling membantu, gotong royong dan memberi antara satu orang dengan orang lain.
Kelima pilar tersebut memiliki hubungan saling ketergantungan. Apabila salah satu tidak terlaksana dengan baik maka juga tidak akan maksimal dalam melakukan berbagai aktivitas. Aqidah, pendidikan, ekonomi dan kesehatan bagus, tetapi sosialnya kurang maka akan timbul rasa egoisme yang sangat tinggi. Begitu juga ketika pendidikan, ekonomi, kesehatan dan sosial bagus, tetapi aqidahnya kurang maka juga tidak akan terarah. Pun dengan hal-hal yang lain.
Harapan penulis yaiu : keseimbangan lima pilar Ummatan Wasathan tersebut akan sangat bagus apabila dapat di aplikasikan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, berkeluarga maupun untuk diri pribadi. Hidup akan menjadi seimbang ketika bisa menjaga pilar Ummatan Wasathan.