Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Daring, Solusi Belajar di Masa Pandemi?

Diperbarui: 7 September 2021   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di masa pandemi Covid-19, ada banyak fenomena yang terjadi dan berefek di semua lini. Bukan hanya dari segi sosial dimana kita sangat dibatasi dalam berinteraksi, akan tetapi juga merambah di sektor ekonomi sampai pendidikan. Mulai dari adanya kasus Pemutusan Hubungan Kerja dari berbagai macam perusahaan, bekerja dari rumah atau work from home, hingga pembelajaran jarak jauh yang sering kita sebut dengan Kegiatan Belajar Mengajar Online atau Daring. 

Adanya sistem pembelajaran baru ini membuat interaksi antara murid dan guru hanya sebatas hubungan via online. Pemberian materi bahan ajar, penugasan dan pengambilan nilai baik ulangan harian pun ulangan tengah semester dan akhir semester semua dilakukan secara online.

Hal tersebut tentu sangat memicu beberapa masalah-masalah yang dialami. Perlu adanya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini. 

Adanya gawai (gadget), listrik dan juga kuota internet untuk melakukan kegiatan tersebut. Akan menimbulkan masalah yang tumpang tindih disebabkan karena latar belakang keluarga dari siswa-siswa yang berbeda. 

Perbedaan akses jaringan internet diberbagai wilayah, kondisi ekonomi keluarga siswa dan kemampuan siswa juga guru untuk mengoperasikan aplikasi-aplikasi untuk pembelajaran online tersebut.

Sebagai seorang guru sekaligus pengamatan penulis, tentu dari pihak guru dan siswa harus sigap dan mengikuti perkembangan teknologi yang semakin kompleks ini. Kita semua tentu juga tahu bahwa tidak ada yang bisa membendung laju perkembangan teknologi. Kita harus dituntut untuk mengikuti laju teknologi sesuai dengan perkembangannya. Perkembangan teknologi yang ada sangatlah cepat. Kalau tidak beradaptasi maka dikatakan orang yang gaptek atau gagap teknologi.

Pada dasarnya, teknologi diciptakan untuk dapat mempermudah pekerjaan manusia. Dewasa ini, masyarakat lebih suka dengan hal-hal yang bisa dilakukan secara praktis, efektif dan efisien. Ada banyak hal-hal yang sangat terbantu dengan adanya teknologi ini. Contoh kasusnya adalah fenomena banyaknya marketplace dan toko online mempraktiskan masyarakat untuk berbelanja. 

Istilah pasar yang disebut sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli, sekarang tidak hanya berbentuk tempat lokasi akan tetapi sudah masuk ke wilayah situs-situs di internet. Pasar sekarang bersifat abstrak, antara penjual dan pembeli serta wujud barang dagangannya tidak diketahui tetapi ada transaksi jual-beli di dalamnya. Satu contoh fenomena dimana kemajuan teknologi dapat mengubah keadaan sosial gaya hidup masyarakat.

Akan tetapi apakah hal serupa juga berdampak bagi pembelajaran daring? Kegiatan belajar mengajar di sekolah bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi siswa. Adapun hasil belajar dari siswa dapat dirangkum menjadi berbagai nilai. Nilai kognitif untuk pengetahuan siswa selama menempuh pendidikannya. 

Dan nilai afektif untuk sikap siswa selama menempuh pendidikan yang dilalui. Kegiatan pembelajaran daring atau online sangatlah tidak efektif untuk memberikan nilai bagi siswa terlebih nilai afektif. Hal tersebut dikarenakan untuk menilai siswa sevara afektif harus dilakukan pengamatan dari guru ke siswa terkait sikap siswa di dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.

Oleh karena itu, tentu perlu adanya evaluasi-evaluasi yang dilakukan selama pembelajaran daring dilaksanakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline