Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Layar FYP: TikTok dan Krisis Kesehatan Mental yang Tak Terlihat

Diperbarui: 21 Desember 2024   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh : Jatmiko Budi Santosa

TikTok dan Kesehatan Mental: Menjelajahi Pengaruh Positif dan Negatif di Era Digital

Di zaman modern yang terus berkembang dengan teknologi, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu platform yang paling menonjol saat ini adalah TikTok. Dengan popularitasnya yang terus meningkat, TikTok berhasil menarik perhatian jutaan pengguna di Indonesia, terutama generasi muda. TikTok menawarkan hiburan yang mudah diakses dan dirancang khusus berkat algoritma canggih yang mampu mempersonalisasi konten sesuai dengan minat penggunanya. Namun, di balik pesonanya, ada dampak signifikan yang tidak boleh diabaikan, khususnya terhadap kesehatan mental para penggunanya.

TikTok: Antara Hiburan dan Pengaruh yang Tidak Terhindarkan

Sebagai platform yang berisi berbagai macam konten, TikTok menawarkan sesuatu untuk semua orang. Mulai dari edukasi kesehatan, motivasi, inspirasi karier, hingga video hiburan yang lucu, TikTok telah menjadi tempat di mana pengguna dapat belajar sekaligus bersantai. Namun, tidak semua pengguna mampu menyaring dampak dari konten-konten tersebut. Paparan terus-menerus terhadap konten yang menampilkan kehidupan sempurna, gaya hidup mewah, atau pencapaian besar sering kali menciptakan tekanan psikologis, terutama pada generasi muda seperti Gen Z.

Generasi muda ini, yang tumbuh besar dengan teknologi, sering kali menggunakan TikTok sebagai pelarian dari stres atau kebosanan. Aktivitas menggulir layar tanpa henti (scrolling) di TikTok tampak sepele, tetapi sebenarnya memiliki dampak psikologis yang cukup mendalam. Ketika pengguna terus-menerus terpapar oleh konten yang tampak sempurna, mereka cenderung membandingkan hidup mereka dengan para kreator konten. Akibatnya, muncul perasaan tidak puas dengan diri sendiri, kurang bersyukur, bahkan keinginan untuk memaksakan diri demi mengikuti standar yang ditampilkan di media sosial.

Tren Viral dan Tekanan untuk Selalu Ikut Arus

Salah satu ciri khas TikTok adalah kecepatan munculnya tren baru. Setiap hari, ada tantangan baru, tarian viral, atau kutipan populer yang mendominasi platform. Bagi sebagian pengguna, mengikuti tren ini adalah cara untuk merasa terhubung dengan komunitas. Namun, tidak sedikit yang merasa tertekan untuk selalu mengikuti tren agar tidak ketinggalan.

Fenomena fear of missing out (FOMO) menjadi nyata di kalangan pengguna TikTok. Mereka takut dianggap tidak relevan jika tidak mengikuti tren terbaru, bahkan jika tren tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai atau kemampuan mereka. Hal ini sering kali menyebabkan pengguna memaksakan diri untuk membeli barang-barang mahal, mengikuti gaya hidup berlebihan, atau bahkan melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mereka sukai hanya demi popularitas di dunia maya.

Krisis Literasi Digital: Menjaga Pikiran Tetap Kritis

Salah satu tantangan terbesar di era digital ini adalah rendahnya literasi digital. TikTok, seperti platform media sosial lainnya, penuh dengan informasi yang tidak selalu valid atau dapat dipercaya. Banyak pengguna, terutama generasi muda, yang dengan mudah terpengaruh oleh konten yang sebenarnya tidak didasarkan pada fakta atau kebenaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline