Lihat ke Halaman Asli

Akankah Aku Buta?

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ping. "Jangan terlalu serius melototin kerjaan di komputer, bisa menyebabkan kebutaan" Kata-kata itu lah yang selalu dikirim Uncit lewat messenger ketika Rei mulai konsentrasi penuh menekuri perjanjian yang harus dikonsep atau dikaji ulang. Kata-kata itu terkesan konyol di mata Rei sebelumnya. Mungkin juga Uncit memang cuma bercanda. Kali ini kata-kata itu membuat Rei merasa berbeda. Kali ini Rei tidak lagi menertawakan Uncit karena kata-kata itu. ***

[caption id="attachment_100799" align="aligncenter" width="300" caption="Robekan retina bisa terjadi akibat myopia tinggi"][/caption] "Rei... aah, kenapa harus gw?? Apa salah gw? Gw udah berusaha mengerem mulut gw untuk gak ngomong sembarangan lagi... kenapa gw, Reiii... I'm so depressed!" "Ah, Ben. Sabarlah. Gw tau lo ini sulit untuk orang seaktif lo..." "Rasanya kayak melihat melalui kertas roti, lo tau kertas roti kan? Bisakah mata gw membaik, 10 sampai 30 persen aja gw udah sangat bersyukur, Rei. I want my eye back to normal." "Kapan lo kontrol mata kanan lo lagi pasca operasi, Ben?" " Minggu depan. Doain pekembangan retina gw baik ya, Rei...," Ben tiba-tiba menggebu, "Makanya minus lo dijaga tuh jangan sampe kegedean kayak mata gw. Jadinya retina gw tipis, rentan sobek." Ben terdiam. Mengingat saat matanya terantuk saat terjatuh dari motor. Retinanya sobek dan harus dioperasi. Cukup sulit bagi Ben membayangkan bekerja dengan mata yang tak normal mengingat profesinya sebagai designer grafis. Mungkin sebenarnya bukan karena profesinya, Ben hanya ingin matanya normal. Ben tidak siap menghadapi bahwa matanya sudah tidak normal dan mempunyai risiko kebutaan. "Rei, ingat lo punya risiko yang sama kaya gw. Jaga minus lo jangan sampe over-load. Juga temen-temen yang minusnya udah kelewatan. Rawat mata lo baik-baik ya, awas risiko kebutaan..." Ben mewanti-wanti. Melalui  matanya Ben melihat dunia berkabut. Semoga kabut itu tidak betah menyelubungi dunia Ben. Ben berharap dokter membawa kabar baik untuknya. *** Rei memainkan tangannya. Ping. Pop-up di monitor Uncit. "Terima kasih, Uncit kawanku..." Uncit menatapnya sekilas lalu melenggang sambil tersenyum-senyum tak peduli keluar ruangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline