Ketika manusia dihadapkan pada sebuah realitas yang berbeda dengan disiplin ilmu yang dipelajari maka mereka harus me"reboot" apa yang telah mereka pelajari tersebut, jadi banyak pemikiran yang bertebaran dan pertanyaan pun muncul apakah selama ini hal -- hal yang bersifat akademis yang selama ini kita pelajari hanyalah sebatas utopia yang di skalakan menjadi sebuah realitas ? tentunya hal ini bisa benar bisa juga keliru , lewat tulisan ini saya akan menjabarkan tentang bagaimana pemikiran saya mengenai hal tersebut,
Sebuah pendapat dari filsuf jalanan menyatakan bahwa benar salah itu hanya ada di dalam kelas dan itu dapat di "value"kan tetapi yang ada dalam penerapan disiplin ilmu , yang ada bukan benar dan salah melainkan eksekusi dan konsekuensi , hal hal tersebut muncul dari pendapat pendapat para praktisi setelah mengalami fenomena -- fenomena yang telah mereka lalui dan akhirnya beberapa asumsi pun muncul "lalu buat apa sekolah tinggi - tinggi kalo yang ada hanya nanti kita mengandalkan intuisi ?" apakah edukasi yang ada tidak relevan untuk menyelesaikan masalah -- masalah yang terjadi saat ini secara komperhensif , tentunya kita semua boleh berpendapat tetapi apakah memang benar sisitem perdidikan yang ada saat ini sudah mengakomodir kebutuhan sebagai decision making dalam skala mikro maupun makro.
Sebenarnya menurut saya bahwa tidak ada yang salah dengan edukasi itu sendiri tetapi edukasi sering dikotak -- kotakkan sehingga menjadi terbatas dan akhirnya para pemikirpun juga membatasi pemikiran mereka , bahwa menurut saya edukasi adalah keliaran berfikir bahwa edukasi adalah sebuah "freedom of thought" bukan hanya terpaku pada pakem -- pakem yang pernah ada karena bisa saja dengan pemikiran yang luas dan "gila" akan tercipta teori -- teori baru yang lebih applicable sehingga menciptakan hal -- hal baru yang lebih mutakhir dan greater than now , karena kita kita tidak bisa berpegang pada satu hal saja , seperti apakah kita hanya berpatokan pada thesis saja tentunya tidak karena ketika sebuah thesis muncul maka munculah antithesis seperti hukum fisika aksi dan reaksi maka terciptalah keseimbangan yang berupa synthesis.
Juga dalam goals edukasi itu sendiri, realitanya edukasi hanya berbasis pada nilai yang semu, berapa nilai anda itu menentukan grade anda, tetapi apakah grade itu juga merupakan grade anda dalam berfikir tentu tidak juga , sebuah pendapat menyatakan bahwa ijazah itu hanya membuktikan bahwa anda pernah sekolah tapi belum tentu anda pernah berfikir maka perlu ada perubahan perspektif tentang goals dari pendidikan itu sendiri jadi pendidikan tidak harus berbasis nilai tetapi edukasi harus dititik beratkan pada pembangunan fondasi berkir seperti sebuah kelakar dari saya bahwa bukan rumuslah yang menciptakan fenomena tetapi fenomena lah yang menciptakan rumus dan itu semua terjadi dengan membangun kerangka berfikir, so no matter how much your value or your grade it's not important as long as you stand on the right way of thinking you are the real human.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H