Lihat ke Halaman Asli

Jati Kumoro

nulis di podjok pawon

Balaputradewa dalam Prasasti Nalanda dan Wanua Tengah III

Diperbarui: 29 April 2021   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prasasti Nalanda | http://idsejarah.net/2019/05/isi-dari-prasasti-nalanda

Prasasti Nalanda adalah sebuah prasasti yang dibuat oleh Raja Depaladeva dari dinasti Pala yang berkuasa di Bengal India. Prasasti ini dibuat atas permintaan dari Raja Balaputradewa dari Sumatera. 

Tidak diketahui dengan pasti prasasti ini dibuat pada tahun berapa, hanya diperkirakan prasasti ini dibuat pada paroh pertama abad ke-9 M,  dengan dasar bahwa prasasti ini dibuat pada tahun ke-39 pemerintahan Raja Depaladeva, sementara  Raja Depaladeva meninggal antara tahun 843-850 M.

Dalam prasasti Nalanda disebutkan bahwa penguasa Suvarnadvipa (Swarnadwipa atau nama kuno Sumatera dalam bahasa Sanskerta) yang bernama Balaputradeva (Balaputradewa) atas ijin raja Depaladeva telah mendirikan sebuah bangunan vihara Buddha di Nalanda. 

Balaputradeva disebut sebagai cucu dari Raja Jawa (Javabhumi) yang merupakan "Permata dari Wangsa Sailendra" (Sailendravamsatilako) yang mendapat julukan sebagai "Pembunuh Pahlawan Musuh" (Sriviravairimathana). Seorang Raja Jawa yang kawin dengan Tara, anak Dharmasetu.

Teori yang populer yang dikembangkan oleh De Casparis menyebutkan bahwa nama Samaratungga itu identik dengan nama Samaragrawira yang terdapat dalam prasasti Nalanda. 

Samaragrawira adalah anak dari raja Jawa yang berasal dari Wangsa Sailendra yang disebut sebagai Permata  Wangsa Sailendra dan memiliki julukan Sriviravairimathana.

Samaragrawira ini kawin dengan Tara. Tara adalah anak dari Dharmasetu yang berasal dari wangsa Soma yang berkuasa di Sumatera. Dari perkawinan Samargrawira dan Tara inilah kemudian menurunkan anak yang bernama Balaputradewa.

prasasti Shivagrha 856 M (prasasti Wantil), commons.wikimedia.org

Selanjutnya De Casparis menyebutkan bahwa istilah "walaputra" yang terdapat dalam prasasti Shivagrha 856 M (prasasti Wantil) itu adalah sebutan untuk Balaputra, yang seterusnya dianggap Balaputradewa. 

Dikatakan bahwa sepeninggal Raja Samaratungga telah terjadi perang memperebutkan tahta Mataram Kuno antara Rake Pikatan suami Pramodawardhani melawan Balaputradewa. 

Balaputradewa yang bertahan di bukit yang berbeteng batu (sekarang disebut situs Ratu Boko) akhirnya kalah dan pergi ke Sumatera. Di Sumatera Balaputradewa kemudian bisa  menjadi raja karena mewarisi kekuasaan dari kakeknya Dharmasetu atau dari Tara ibunya.

Teori dari De Casparis ini ditolak oleh Slamet Muljana. Berdasarkan prasasti Kayumwungan 824 M (prasasti Karang Tengah), Samaratungga hanya memiliki seorang putri yaitu Pramodawardhani. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline