Lihat ke Halaman Asli

Jati Kumoro

nulis di podjok pawon

Mengintip Ritual Mesum di Gunung Kemukus

Diperbarui: 28 Juni 2021   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengintip Ritual Mesum di Gunung Kemukus (unsplash)

Pesugihan dengan laku seks, begitu yang ada dibenak tiap orang yang mengenal kisah pesugihan Gunung Kemukus tempo dulu. Hal ini diperkuat dengan cerita-cerita oleh mereka yang mengaku ketika berjalan, di malam hari pas Jumat Pon, kakinya melanggar (nyampar) orang yang sedang asyik 'nganu' di alam terbuka.

Hubungan seks ini bukan sembarang hubungan seks, namun hubungan seks dengan orang yang sama selama tujuh kali malam Jumat Pon. Ceritanya sih kudu seperti itu sebagai syarat agar bisa kaya secara gaib.

Soal yang urusannya dengan yang kekayaan dari yang gaib-gaib itu tak menarik untuk dikisahkan, lebih menarik adalah mencari tahu, benarkah ada peziarah di Gunung Kemukus yang melakukan hubungan seks di alam terbuka, sebagaimana berita yang sudah tersebar luas kala itu.

Baca juga :Janda Kembang Kemukus

Didorong rasa ingin tahu dan juga keisengan sebagai anak muda, saya pernah mencoba untuk menelusurinya. Dan kebetulan pula ada sebuah kelas mahasiswa dengan dosennya yang akan mengadakan wisata religi ke Kemukus. Saya bersama si cantik yang kulit lengannya halus mendaftar ikut.

Singkat cerita, akhirnya sampai juga kami di Gunung Kemukus. Tak tanggung-tanggung, semua prosesi acaranya dari mulai menghadap juru kunci sampai mandi di sendang Ontrowulan saya ikuti. 

https://www.liputan1.com/2016/06/29/gunung-kemukus-ritual-seks-dan-ziarah/

Baru setelahnya saya bersama si cantik yang kulit lengannya halus itu berusaha membuktikan, benarkah ada sepasang peziarah yang melakukan hubungan seks di alam terbuka sebagaimana cerita yang sudah tersebar itu?

Baca juga :Menguak Mitos dan Fakta Munculnya Lintang Kemukus

Dengan berjalan mengendap-endap di rimbunnya ilalang dan pepohonan, dibantu dengan membentangkan jaket agar menutupi bagian atas tubun kami berdua, mulaiah acara mengintip itu. Kami berdua berjalan terus hingga sampai pinggir waduk Kedung Ombo. Cukup melelahkan juga.

Boro-boro nyampar orang yang 'lagi begituan', mendengar suara yang 'bekah bekuh' pun tak ada, apalagi sampai bisa ngintip melihatnya. Yang ada hanya suara nafas kami berdua yang ngos-ngosan karena kecapekan jalan kesana kemari, hehehe.

Selain nafas ngos-ngosan saya juga merasa tegang, tegang kuadrat karena yang namanya mengintip itu kan memacu adrenalin, apalagi ini adalah acara mengintip orang yang lagi 'iwik-iwik'. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline