Lihat ke Halaman Asli

Jati Kumoro

nulis di podjok pawon

Kompleks nDalem Tumenggungan di Kotagede

Diperbarui: 9 Maret 2019   18:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gang Tumenggungan dari arah timur menuju barat (dokpri)

Kompleks di nDalem Tumenggungan adalah salah satu bagian dari kawasan pusaka Kotagede yang berada dalam jalur Soka-Tumenggungan ini sekarang sudah mulai dilestarikan keberadaannya. 

Secara administratif, lokasi  kompleks nDalem Tumenggungan ini berada di kampung Citran RT 04/RW04 dusun Bodon, Desa Jagalan, kecamatan Banguntapan Bantul.

Sebagaimana telah disinggung pada tulisan terdahulu tentang Gang Soka-Tumenggungan, sebenarnya masih ada bangunan yang juga dilestarikan keberadaannya baik yang dilakukan oleh perorangan dan oleh pemerintah ataupun oleh swasta. Misalnya saja, nDalem Tumenggungan yang kini ditempati oleh keluarga bapak Fauzan Halim (alm) sudah terjaga dengan sendirinya. Sementara itu ada bangunan lain yang awalnya diperbaiki oleh pihak keluarga juga ada yang dibantu pihak swasta demi tetap menjaga keberadaannya.

Rumah keluarga Fauzan Halim (alm) (dokpri)

Ada 2 bangunan disebelah barat nDalem Tumenggungan yang juga mempunyai nilai historis serta keunikan tersendiri. Yang pertama adalah rumah joglo dan tentu saja dengan pendopo-nya yang dahulunya merupakan tempat tinggal Tumenggung Djajaniman(Jayaniman = Joyoniman). Yang terakhir ditempati oleh keluarga R.Soediyo Prasetya (Gembong) sebelum akhirnya dialih tangankan kepada pemerintah provinsi DIY yang dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan.

Pendopo dan joglo Jayaniman, sekarang milik Dinas Kebudayaan Prov. DIY (dokpri)

Pendopo dan joglo Jayaniman, sekarang milik Dinas Kebudayaan Prov. DIY (dokpri)

Yang menarik dari bangunan joglo Jayaniman ini adalah struktur bangunan pendapa (pendopo)-nya adalah berupa pendopo gantung. Sebuah pendopo yang didirikan dengan kayu yang terkait satu sama lain tanpa menggunakan paku untuk menyatukan kayu yang satu dengan kayu yang lainnya.

Meski sudah dibangun kembali paska gempa Mei 2006 dengan bantuan dari pihak swasta langsung, namun kini kondisi pendoponya masih sedikit mengkhawatirkan. Bangunannya perlu ditopang bambu untuk mencegah agar tidak tambah miring dan ambruk.

Bangunan yang ke 2 adalah bangunan joglo dan pendopo yang ada di sebelah baratnya lagi. sama seperti joglo Jayaniman, bangunan joglo  inipun sekarang sudah menjadi milik dari Dinas Kebudayaan provinsi DIY.

Pendopo dan Joglo keluarga Bahoewinangoen sekarang milik Dinas Kebudayaan Prov. DIY (dokpri)

Pendopo dan Joglo keluarga Bahoewinangoen sekarang milik Dinas Kebudayaan Prov. DIY (dokpri)

Bangunan joglo ini dahulunya adalah milik keluarga Bahoewinangoen (Bahuwinangun), seorang abdi dalem keraton Kasultanan Yogyakarta pada masa Sultan Hamangkubuwono (HB) VII dan Sultan Hamangkubuwono (HB) VIII. Selain itu juga merupakan seorang pedagang sutra dan batu mulia yang cukup terpandang di Kota Gede pada masanya.

Yang unik dari joglo peninggalan Bahoewinangoen ini adalah bentuk langit-langit pendoponya yang ditutup kayu yang ditata seperti gebyok, dan  mungkin bangunan joglo seperti ini hanya  tinggal satu-satunya yang ada di Kotagede saat sekarang. Selain itu juga kondisi bangunan rumahnya yang relatif masih utuh setelah direhab kembali oleh pemiliknya paska gempa 2006, meski ada beberapa tambahan disana-sini.

Ada yang unik mengenai kompleks nDalem Tumenggungan. Selain pintu regol yang menjadi jalan utama, ada jalur jalan  khusus yang dibuat dari ujung pintu rumah yang ada di sebelah timur Ndalem Tumenggungan (rumah yang sekarang ditempati oleh keluarga Hadi Soewarno (mbah Warno alm). 

Ada pintu-pintu yang menghubungkan antara satu rumah dengan rumah lainnya dari sebelah timur hingga pintu butulan atau pintu kecil yang ada di sebelah barat kompleks ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline