Lihat ke Halaman Asli

Jati Kumoro

nulis di podjok pawon

Situs Batu Gilang dan Batu Gatheng di Kotagede

Diperbarui: 5 Maret 2019   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Situs Batu Gilang Dan Batu Gatheng dari sisi utara. Mas Teguh, salah sorang abdi dalem yang bertugas menjaga situs ini sedang membersihkan lingkungan sekitar situs. Terima kasih kepada Mas Teguh yang sudah memberi ijin masuk ke ke dalam situs untuk mengambil beberapa foto. (dokpri)

Situs Batu Gilang dan Batu Gatheng ini adalah situs peninggalan dari zaman Mataram Islam di Kotagede. Letak situs ini ada di Kampung Kedhaton (yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kampung nDalem). Lokasinya berjarak sekitar 500 meter ke arah selatan dari Pasar Legi Kotagede.

Situs Batu Gilang dan Batu Gatheng ini berada di tengah-tengah jalan yang menuju ke arah Desa Singosaren. berdekatan pula dengan Makam Hastorenggo yang ada di sebelah baratnya.

Memasuki bangunan dari sebelah timur, melewati pintunya  akan dilihat ada 3 buah batu bulat yang berbeda masing-masing ukurannya dan berwarna coklat kekuning-kuningan terletak diatas batu persegi di sebelah kiri pojok tembok. Ketiga batu itulah yang disebut dengan Batu Gatheng (Watu Gatheng).

Foto Batu Gatheng (dokpri)

Batu Gatheng ini dipercaya dahulu merupakan batu yang biasa dipakai bermain gatheng atau lempar batu oleh Raden Rangga putra Panembahan Senapati yang memang terkenal sebagai anak muda yang sakti madraguna. Bekas lobang-lobang kecil pada batu itu adalah akibat  tusukan jari Raden Rangga.

Foto Batu Genthong (dokpri)

Sedangkan pada pojok tembok sebelah kanan terdapat sebuah genthong yang terbuat dari batu hitam yang diletakkan diatas batu berbentuk kotak. Gentong batu itulah yang dikenal dengan nama Batu Genthong (watu Genthong). Batu Genthong ini merupakan tempat air yang biasa untuk bersuci atau dipergunakan untuk wudhu  oleh Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Giring, yang keduanya adalah penasihat Panembahan Senapati

Ditengah-tengah antara antara kedua batu tersebut ada sebuah pintu masuk, dan ketika kedua daun pintu itu dibuka, akan tampak didalamnya sebuah batu andhesit berbentuk persegi empat yang tak lain adalah batu Gilang (Sela Gilang).

Foto Batu Gilang (dokpri)

Batu Gilang yang sering disebut dengan nama Sela Gilang sebagai sebuah penghormatan atas benda peninggalan seorang raja, merupakan sebuah batu andhesit berbentuk persegi empat  yang didatangkan dari wilayah Lipura (sekarang namanya Bangbanglipura). Diyakini bahwa batu ini  dahulunya merupakan tempat duduk atau singgasana Panembahan Senapati.

Ada beberapa guratan di permukaan Batu Gilang ini. Guratan seperti huruf-huruf namun tak jelas apa dan maksud dituliskannya guratan-guratan tersebut.

Pada bagian sisi di sebelah timur Batu Gilang ada cekungan di permukaannya. Konon cekungan ini disebabkan oleh benturan kepala Ki Ageng Mangir, menantu sekaligus musuh Panembahan Senapati. Kepala Ki Ageng Mangir dibenturkan ke batu ini pada saat hendak melakukan sembah bekti terhadap Panembahan Senapati yang merupakan bapak mertuanya.

Podjok pawon, Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline