Lihat ke Halaman Asli

Ekskursi 2024, Akhiri Kesenjangan dengan Jembatan Toleransi

Diperbarui: 19 November 2024   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Semua agama mengajarkan kebaikan. Semua agama mengajarkan cinta. Semua agama mengajarkan perdamaian. Perbedaan hanya pada cara penyampaiannya." kutipan dari Mahatma Gandhi tentang pengajaran agama yang ada di dunia. Nyatanya tidak ada agama yang menjerumuskan manusia kedalam dosa. Agama merupakan pedoman hidup yang menjadi penting akan nilai universalnya. Kebaikan, cinta, dan nilai perdamaian merupakan nilai dasar yang diajarkan dalam suatu agama. Perbedaan dalam bentuk penyampaian seharusnya dapat kita manfaatkan sebagai suatu kekayaan akan toleransi umat beragama. Saling menghormati dan menghargai sesama umat beragama merupakan aksi kongkret toleransi yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari hari kita.

Toleransi antar umat beragama merupakan fondasi kuat dari berdirinya suatu negara yang kokoh. Menjadikan tali ikatan dalam menyatukan perbedaan yang ada, kita diharapkan mampu hidup berdampingan seiring berjalannya waktu. Indonesia Maju 2045 bisa kita mulai dari toleransi terlebih dahulu. Menjadi negara dengan pemeluk agama yang sangat beragam, penting adanya nilai toleransi agar umat beragama dapat bersatu tanpa adanya jarak antar satu sama lain. Kita dapat mencontoh negara negara lain seperti Malaysia, negara negara Eropa, dan lain sebagainya akan bagaimana mereka menghargai perbedaan. Kaum kecil minoritas terus mereka rangkul bahu membahu tanpa adanya jarak. Hal kecil ini yang mendasari kemajuan pesat perkembangan secara keseluruhan negara tersebut. Malaysia sebagai negara yang mayoritas beragama muslim juga telah terbukti secara nyata dampaknya dari menerapkan toleransi yang sangat tinggi antar umat beragama mereka. Hidup berdampingan antar agama muslim dengan kelompok agama lain menjadi dasar mereka terus maju dalam perkembangan negaranya.

Agama merupakan sarana kita menuju perdamaian bukanlah sarana perpecahan. Nilai nilai negatif yang ada merupakan bentuk penyimpangan yang seharusnya dihilangkan. Kualitas sumber daya kita harus ditingkatkan mulai dari toleransi. Anggapan tentang agama mana yang paling benar merupakan doktrin yang harus segera dihilangkan. Tiap agama memiliki ajaran tentang kebaikannya masing masing. Hormat dan menghargai merupakan satu satunya jalan hubungan antar umat beragama. Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam mengajarkan generasi masa depan bangsa akan pentingnya toleransi. Guru dan orang tua memegang kunci sukses akan pentingnya toleransi yang ada untuk menghargai perbedaan. Pendidikan bisa dalam banyak bentuk tidak hanya pelajaran di kelas melainkan bisa juga melalui aksi nyata. Kegiatan Ekskursi merupakan jawaban Kanisius sebagai sarana siswa membangun toleransi antar umat beragama di Indonesia. Tempat formasi siswa bersama dengan para santri dan santriwati dalam menghormati dan menghargai perbedaan yang ada dalam agama. 3 hari kegiatan ekskursi dilakukan di pesantren, banyak sekali pengalaman pengalaman bermakna yang sangat penting dan dapat diresapi demi masa depan generasi muda untuk mulai menyadari akan pentingnya toleransi. 

Syukur merupakan hal paling penting yang saya rasakan 3 hari di pesantren. Mendapatkan kesempatan yang sungguh berharga ini serta dapat bertemu dengan teman teman baru menjadi bentuk rasa syukur diri saya pada pengalaman ekskursi di pesantren. Pengalaman pertama saya masuk ke dalam pondok pesantren ini diwarnai berbagai perasaan yang saya rasakan. Hari pertama saya sampai di ponpes, saya cukup kaget melihat bangunan masjid yang cukup megah dan bagus. Bagaimana masjid tersebut dapat menjadi sarana ibadah bagi anak anak pesantren dan juga warga sekitar. Pengalaman ekskursi ini juga menjadi kali pertama saya masuk ke dalam masjid. Bagaimana saya bisa menyaksikan secara dekat bagaimana mereka saudara muslim beribadah menggunakan bahasa arab. Sebagai seorang Katolik yang biasanya ibadah menggunakan Bahasa Indonesia ataupun Inggris, saya tidak mengetahui satupun Bahasa Arab yang mereka gunakan. Kagum saya rasakan karena toleransi antar beragama sangatlah terbentuk diantara masing masing pihak. Sebagai tamu di tempat tersebut, saya merasa sungguh diterima di berbagai kondisi termasuk saat beribadah. Terdapat satu kesempatan di hari kedua dimana ustadz di Ponpes Nur El-Falah yaitu Ustadz Ghofur mengajak anak anak Kanisius untuk ikut serta dalam kegiatan sholat. Kami diajak untuk maju kedepan bergabung dengan teman teman santri lainnya yang sedang sholat. Kami diajari sedikit oleh teman teman santri bagaimana membacanya, dll. Selama 3 hari di pesantren ini, kami juga diajarkan Bahasa Arab. Ustadz Ghofur mengajari kami bahasa Bahasa Arab yang cukup mudah dipahami dari hal hal sehari hari yang ada disana. Contohnya Bahasa Arabnya restoran, santri laki-laki, santri perempuan, dll. Banyak sekali manfaat yang bisa saya rasakan hanya dalam 3 hari berada di Ponpes Nur El-Falah.

Kegiatan ekskursi semakin menyadari saya akan pentingnya toleransi di Indonesia. Harapan besar kegiatan ekskursi ini kedepannya tidak hanya dilakukan oleh sekolah Kolese Kanisius tetapi juga bisa ditiru oleh sekolah sekolah lain. Semakin berkembangnya kegiatan ini juga tentunya sangat diharapkan dengan keikutsertaan tidak hanya agama Katolik dan Muslim melainkan ada dari agama lainnya juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline