Lihat ke Halaman Asli

Indahnya Tinggal di Desa

Diperbarui: 12 Januari 2016   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di dongeng ataupun cerita anak-anak, dusun atau desa seringkali digambarkan sebagai tempat yang memiliki suasana yang tenang dan keadaan yang indah. Pada kesempatan mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang diadakan oleh sekolah saya ini, saya akan mencoba untuk melihat untuk diri saya sendiri apakah benar suasana tenang dan indah yang diceritakan pada cerita-cerita. Dusun yang akan saya tinggali selama seminggu kegiatan ini adalah Dusun Kendal Ngisor. Pada kegiatan ini saya akan tinggal di rumah penduduk dan mengikuti segala kegiatan keluarga mereka disana. Saya juga akan mendapat kesempatan untuk memperlajari kebudayaan dusun Kendal Ngisor.

Pada saat saya pertama kali sampai di lokasi, saya ragu akan keindahan dan kenyamanan yang sering diceritakan itu. Kalau saya harus jujur, kesan pertama saya akan dusun yang akan saya tinggali adalah kumuh dan kurang nyaman untuk ditinggali. Bahkan saat saya melihat kondisi rumah yang akan saya tinggali, saya sedikit terkejut akan denah rumahnya yang kurang besar, dan juga adanya hewan seperti sapi dan ayam yang ikut tinggal bersama dengan kami. Pada saat ini saya merasa ingin cepat-cepat kembali ke Jakarta untuk memanjakan diri kembali, dan saya rasa satu minggu adalah waktu yang sangat panjang untuk kegiatan seperti ini.

Akan tetapi, dengan seiringiya waktu, saya mulai menemukan hal-hal yang berbeda dari Jakarta, dan hal-hal ini menarik pikiran saya. Dua hal yang paling berbeda dari Jakarta adalah ketenangan lingkungan disana, dan keramahan juga kepedulian oleh masyarakat dusun itu. Di Jakarta kita terbiasa dengan yang namanya suara kendaraan, bising, dan lain-lain. Kalau di dusun, dapat dibilang tidak ada yang namanya suara kendaraan ataupun bising. Yang ada hanyalah suara binatang dan aktivitas masyarakat setempat. Sikap masyarakatnya juga sangat jauh dibanding masyarakat Jakarta. Di Jakarta masyarakatnya cenderung tidak peduli akan sesame, tetapi di dusun tingkat kepedulian dan kebersamaan sangatlah tinggi. Setiap kali kami bertemu atau berpapasan dengan masyarakat disana, kami pasti akan saling menegur atau menyapa, seperti layaknya satu keluarga besar.

Dari waktu seminggu yang saya lewati disana, saya sadar bahwa keindahan yang sebenernya tidak datang hanya dari pengelihatan atau kesan pertama semata, walaupun saya harus mengakui bahwa pemandangan disana indah, tetapi keindahan dusun yang sebenarnya terlihat dari kehangatan dan kekeluargaan yang ditunjukkan oleh masyarakat setempat kepada orang luar seperti kami, walaupun kami berbeda ras atau agama. Sekarang, saya sudah merindukan suasana disana, dan saya dapat menjadi senang dengan memikirkan tentang pengalaman di dusun Kendal Ngisor. Terima kasih, Kendal Ngisor!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline