Lihat ke Halaman Asli

Kualitas Wasit Sepak Bola Indonesia Memprihatinkan?

Diperbarui: 21 Juli 2016   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantan Wasit FIFA Asal Indonesia : Jimmy Napitupulu | Sumber: monitorday.com

Beberapa kali saya menonton pertandingan kompetisi sepakbola “Torabika Soccer Championship" (TSC) melalui layar televisi. Dengan antusiasme penonton yang begitu besar, seharusnya memang kualitas persepakbolaan nasional semakin meningkat. Sayangnya prestasi sepak bola Indonesia tetap jalan di tempat (kalau tidak mau dibilang terus menurun). 

Faktor penyebab yang sangat dominan adalah induk organisasi sepak bola Indonesia yaitu PSSI yang tidak mempunyai kemampuan untuk mengelola sepak bola itu sendiri. Salah satunya adalah komisi yang mengurusi masalah wasit. Pada tulisan ini saya ingin sedikit membahas mengenai wasit sepak bola Indonesia melalui salah contoh pertandingan “TSC” beberapa hari yang lalu.

Melalui layar televisi di Indosiar, saya menyaksikan pertandingan  sepak bola Torabika “TSC” pada babak ke 2 antara Mitra Kukar melawan Bhayangkara Surabaya United (BSU) pada hari Minggu tgl 17 Juli 2016 yang berlangsung di Stadion Aji Imbut Tenggarong. Wasit yang memimpin pertandingan saat itu adalah Asep Yandis. Saya tidak tahu apa yang terjadi di babak 1 karena saya tidak menonton, tapi dari apa yang saya baca di media, terjadi protes dari Mitra Kukar terhadap kepemimpinan wasit Asep Yandis karena tidak puas dan meminta kepada Inspektur Pertandingan untuk mengganti wasit Asep Yandis. Cuma ada di Indonesia yang seperti ini. Sangat menggelikan sekali he he 

Di babak ke 2, dalam posisi tertinggal 0-2, Mitra Kukar mengubah strategi sehingga kendali permainan dikuasai oleh Mitra Kukar dan melakukan serangan-serangan yang berbahaya ke gawang BSU. Kepemimpinan wasit Asep Yandis dibabak ke 2, menurut saya cukup lumayan. Ada 1 atau 2 momen dimana masing-masing kesebelasan merasa dirugikan tapi masih bisa diperdebatkan. 

Pemain BSU seringkali melakukan protes keras kepada wasit Asep Yandis apabila ada hal-hal yang dianggap merugikan BSU karena mereka dalam keadaan tertekan akibat serangan yang terus menerus dari Mitra Kukar. Puncaknya adalah ketika Mitra Kukar mendapat tendangan bebas di luar kotak penalti di sisi kiri pertahanan BSU yang diambil oleh Michael Orah. 

Tendangan bebas tersebut langsung menuju ke gawang dan masuk. Skor menjadi 2-2. Dari tayangan ulang terlihat ada gangguan dari pemain Mitra Kukar terhadap kiper BSU Wahyu Tri, tetapi tidak sampai menyentuh penjaga gawang BSU tsb. Kiper Wahyu Tri yang mempunyai postur tubuh yang relatif kecil, tidak dapat mengantisipasi bola yang mengarah ke gawangnya karena di depannya ada pemain Mitra Kukar yang menghalanginya. Kiper Wahyu Tri pun “acting” dengan terjatuh dan pura-pura sakit di kepalanya.

Sampai disini keputusan dari wasit Asep Yandis menurut saya sudah benar dengan mengesahkan gol yang sudah terjadi. Selanjutnya protes keras yang dilakukan oleh pemain BSU kepada Asep Yandis sudah sangat berlebihan. Pemain BSU Otavio Dutra sampai menempelkan keningnya ke wajah wasit Asep Yandis. Seharusnya ini sudah kartu merah. 

Tapi wasit Asep Yandis tidak mempunyai wibawa. Dia diam saja diprotes seperti itu. Pemain BSU tidak mau melanjutkan pertandingan dan bersama dengan official BSU memprotes wasit Asep Yandis atas keputusannya yang mengesahkan gol yang sudah terjadi. Di pinggir lapangan terlihat official BSU memarahi wasit Asep Yandis dan kemudian berdiskusi dengan Inspektur Pertandingan. Pertandingan berhenti +/- 10 menit. Wasit Asep Yandis terlihat stress dan kehilangan wibawa. Sangat miris.

Inilah potret kualitas sepak bola Indonesia. Tidak ada pendidikan yang baik dari PSSI dan dari klub kepada para pemain, official dan juga masyarakat sepak bola pada umumnya untuk bisa menerima kondisi apapun yang sudah diputuskan wasit. Setelah pertandingan, Komisi Wasit akan menilai apakah terjadi kesalahan dari wasit yang bertugas atau tidak. 

Apabila wasit bersalah, maka Komisi Wasit akan bertindak dengan mengenakan  sanksi kepada wasit yang bertugas.  Dengan kondisi seperti saat ini, kejadian seperti di Piala Presiden tahun 2015 dimana Surabaya United mengundurkan diri di tengah pertandingan akibat tidak puas terhadap keputusan wasit bisa terjadi lagi di mana saja. Ini sangat merugikan semua pihak.

Kejadian seperti goal Frank Lampard yang tidak disahkan wasit pada waktu Piala Dunia 2010 melawan Jerman, tidak menjadikan team Inggris berhenti main dan mogok. Juga protes keras pemain Chelsea waktu semi final Piala Champions 2008 melawan Barcelona, tidak menjadikan Chelsea harus mogok. Bahkan official dan pemain Chelsea yang protes dengan tidak pada tempatnya pun di hukum oleh UEFA. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline