Lihat ke Halaman Asli

Jason Kartasasmita

A Lover of Life

Melintas Batas Benua: Perbedaan Signifikan Sekolah di Jerman dan Indonesia

Diperbarui: 20 Agustus 2023   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Friedrich Dessauer Gymnasium, Aschaffenburg

Masih terkait dengan tulisan sebelumnya mengenai keunggulan sistem pendidikan Jerman, kali ini penulis ingin berbagi tentang perbedaan mendasar proses belajar mengajar antara SMA di Indonesia dan Jerman. Baru-baru ini penulis mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke kota Aschaffenburg, Jerman, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Frankfurt.

Perjalanan antara kedua kota ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30-45 menit dengan mobil atau kereta api. Frankfurt adalah kota yang lebih besar dan merupakan pusat ekonomi dan finansial di Jerman, sedangkan Aschaffenburg memiliki pesona kota kecil yang kaya akan sejarah dan keindahan alam dengan kafe-kafe cantik di tepian sungai Main yang membelah kota tersebut.

Di kota Aschaffenburg inilah selama dua minggu, penulis mendapatkan kesempatan menjajal langsung sistem pendidikan di Jerman dengan bersekolah selama dua minggu di Friedrich-Dessauer-Gymnasium, salah satu sekolah menengah atas di kota Aschaffenburg. Pengalaman ini membuat penulis ingin berbagi hasil pengamatan mengenai proses belajar mengajar di Jerman, khususnya untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Indonesia dan Jerman, sebagai dua negara dengan budaya dan pendidikan yang berbeda, memiliki perbedaan signifikan dalam pendekatan mereka terhadap proses belajar mengajar di tingkat SMA. Berdasarkan pengalaman penulis, berikut adalah 5  perbedaan utama proses belajar mengajar di SMA Indonesia dan Jerman :

1. Sistem Pendidikan dan Kurikulum

Di Indonesia, kurikulum SMA ditentukan  secara nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan beberapa variasi yang diizinkan di tingkat sekolah. Dalam Kurikulum Mereka, meskipun ada mata pelajaran yang wajib, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris, dan lain-lain,  siswa tetap memiliki fleksibilitas dalam memilih mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat mereka. Sebaliknya, di Jerman, sistem pendidikan sangat terdesentralisasi. Setiap negara bagian memiliki otonomi dalam menentukan kurikulumnya sendiri, meskipun ada pedoman umum yang diikuti. Sistem ini menekankan pada pendekatan holistik dan mendalam dalam mata pelajaran tertentu.

Oleh karena itu, siswa akan memiliki pengetahuan mendalam terhadap bidang pelajaran tertentu sesuai dengan spesialisasi yang ingin ditekuninya. Hal ini pada gilirannya akan menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keunggulan pengetahuan dan keterampilan di bidangnya.

2. Durasi dan Jam Belajar

Di Indonesia jam pelajaran berlangsung cukup panjang setiap harinya. Rata-rata jam pelajaran per minggu berkisar antara 30 hingga 40 jam, termasuk mata pelajaran inti, pilihan, dan ekstrakurikuler. Sementara itu, di Jerman, jadwal belajar lebih pendek. Siswa biasanya memiliki lima hari sekolah dalam seminggu dengan jam pelajaran harian lebih pendek yaitu sekitar 25 jam per minggu. Durasi sekolah yang lebih singkat membuat siswa di Jerman memiliki waktu untuk menekuni hobi sesuai minat ataupun bekerja part time. Hal ini membuat anak muda di Jerman memiliki kemampuan sosial yang lebih baik, keseimbangan mental, dan keterampilan yang unik.

3. Penekanan pada Kreativitas dan Diskusi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline