Di era sekarang, segala hal bisa menjadi data. Bahkan, jejak digital seseorang bisa menjadi data yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Kumpulan data tersebut bisa disebut sebagai big data. Big data adalah kumpulan data dalam volume yang besar dan terus bertumbuh seiring waktu. Sebuah big data berukuran sangat besar sehingga tidak dapat disimpan dalam sistem penyimpanan data yang sederhana. Sebuah big data membutuhkan sistem sendiri untuk memprosesnya karena ukurannya yang sangat besar sehingga dapat dianalisa secara efektif.
Lalu, apa hubungan antara big data dengan berbisnis? Nah, disini titik pertemuan antara kedua hal ini. Pengolahan big data yang baik bisa membantu menstabilkan bisnis dari awal merintis hingga kedepannya. Big data merupakan data mentah sehingga fleksibel dalam pengolahannya, tergantung kebutuhan masing-masing. Salah satu contohnya yaitu sebuah perusahaan melihat bagaimana konsumen mengakses website mereka. Data bisa didapatkan dari berapakali website perusahaan tersebut diakses, laman apa yang paling sering diakses, bisa juga jumlah pengunjung website tersebut. Contoh lainnya yaitu perusahaan bisa membuat kuesioner angket kepuasan pelanggan untuk melihat respon konsumen terhadap produk mereka.
Apakah analisis data bisa diterapkan sebelum bisnis dibuat dan dipublikasikan kepada masyarakat luas? Jawabannya adalah ya. Aplikasi big data yang didapatkan dari data sekunder bisa diterapkan untuk merintis bisnis awal. Data yang diambil bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Semisal apabila ingin merintis usaha inovasi makanan ringan dari kulit jeruk, maka dapat menggunakan data tingkat kebutuhan vitamin C harian masyarakat, kandungan dalam sebuah kulit jeruk, serta animo masyarakat terhadap inovasi makanan baru. Data ini selain bisa didapatkan dengan melakukan pengambilan sampel langsung, juga bisa dengan mencari datanya di internet. Saat ini, banyak dataset yang tersedia di website dataset yang bisa digunakan langsung untuk analisis data.
Cara paling sederhana dalam mengolah data tersebut adalah dengan menggunakan cara statistika deskriptif. Statistika deskriptif yang paling dikenal yaitu bisa dilihat dari hasil perhitungan rata-rata, nilai tengah, nilai yang sering muncul, nilai kuartil, dan lain sebagainya. Adapun cara yang lebih lanjut bisa menggunakan statistika inferensial. Yang membedakan kedua statistika ini adalah statistika deskriptif lebih memberikan gambaran secara umum, sedangkan statistika inferensial memberikan gambaran populasi dengan menganalisis sampelnya. Keduanya sama pentingnya, namun statistika deskriptif bisa dilakukan paling awal untuk memberi gambaran awal dari data yang ada. Sehingga, pengolahan data yang baik dan tepat bisa menjadi pondasi awal untuk seseorang merintis usaha agar usahanya bisa berkembang dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H