Lihat ke Halaman Asli

Jasmine

TERVERIFIKASI

Email : Justmine.qa@gmail.com

Koper-koper Delilah

Diperbarui: 18 Januari 2016   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-o0o-

|Merah|Cyan|Turquoise|Amber|Heart-shaped pink berlatar amaranth, warna merah terang keunguan yang diasosiasikan dengan keabadian.

Lima warna, lima koper dengan konten tertentu. Berbaris tegak dalam lajur yang rapi pada sebuah kabinet pendek dari kayu bermutu yang bersambungan dengan almari pakaian, sebuah rangkaian furnitur angkuh yang tak sembarang toko perabotan berani memajang di ruang pamernya.

Jemari berkuku rata, bercat merah bertahtakan noktah keperakkan yang menyilaukan, bergerak malas menggeser layar pada selular pintar. Panggilan itu, alasan Delilah malas menjawabnya. Namun tak urung ia tetap mengambil suara.

“Halo? Ya, Ma’am?” Delilah menjawab parau, impak asap tembakau.

“Mr. Perfectionist, Deli,” suara riang dari seberang. “Seminggu, atau bisa jadi lebih, begitulah bunyi ordernya, bagaimana, Sayang?”

Bibir Delilah tersenyum sumir. Bagaimana, begitukah kau bertanya Ma’am? Seolah kau mau mendengar kata tidak dariku.

“Seminggu ya?” lalu Delilah ber-uhm… jeda yang diharapkannya bisa mengubah mufakat sepihak itu. Namun seperti yang telah terjadi hingga berbilang tahun, harapan itupun sia-sia seperti uap dari cerobong pabrik. Semestinya Delilah sangat tahu akan hal itu. Karena ia adalah obyek, bukan pelaku dimana implikasi dirinya dalam setiap deal dinantikan. Tapi apatah ada salah tuk menggantung asa?

Lawan bicaranya tak tergesa menyela, bersabar pada jeda, nampaknya sadar bila pembicaraan ini sangat layak untuk ditunggu.

“Ok. Setelah itu berapa hari jatah cutiku, Ma’am?” suara Delilah kembali mengudara, parau yang sangat membuat gila labirin telinga pria kala ditiupkan serentak dengan hembus nafasnya yang menggoda.

“Tidak lebih dari seminggu, Deli-darling. Seperti yang kau tahu, seminggu ketemu seminggu. Oke?” suara dari seberang, lagi-lagi sebuah harga mati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline