Lihat ke Halaman Asli

Jasmine Destila Fitriani

Hi everyone! Now i studied in IPB University at Communication Community and Development. And i will share about what i learned :) Thank you for enjoy this blog

Bagaimana Keadaan Pangan dan Petani Dramaga Pasca Pandemi?

Diperbarui: 11 Mei 2023   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dramaga adalah daerah yang cukup padat di wilayah Bogor hal ini dikarenakan adanya kampus IPB yang mana membuat warga setempat atau warga luar Dramaga membuat kost-kost-an untuk target pasar mahasiswa. Daerah ini mempunyai sumber nafkah yang beragam seperti berdagang, jasa, usaha kost-kost-an, pekerja swasta, dan lain-lain. Dramaga ini adalah desa yang memiliki luas wilayah sebanyak 120 Ha (Diskominfo Kabupaten Bogor, 2019). 

Menurut BPS Kab. Bogor, 2023 Dramaga memiliki kepadatan penduduk sebesar 111.1112 Jiwa per tahun 2021. Lahan di wilayah ini kebanyakan sudah diubah menjadi rumah warga, dan juga bangunan. Namun ada sedikit lahan di JL. Batuhulung yang dijadikan media tanam. Seperti tanaman terong, cabai, bengkuang, tomat, dan masih banyak lagi. Aktivitas saat pandemi dan pasca pandemi untuk petani sama saja, masih beraktifitas di lahan sawah, namun tingkat pendapatan lebih banyak di saat pasca pandemi

Hasil panen dijual ke pasar atau tengkulak untuk dipasarkan ke pedagang sayur rumahan ataupun ke konsumen langsung. Petani disini sangat hangat menyambut saya dan teman-teman untuk bertanya lebih dalam mengenai lahan ini. Jadi, lahan ini bukan pemilik petani tersebut melainkan petani ini adalah petani penggarap yang menyewa lahan 1.5 Ha untuk menanam sayuran. 

Petani penggarap (Ibu Maisitoh dan Bapak Udin) ini memiliki 10 buruh bayaran untuk membantu menanam, menyemai, mengurus, packing  hasil panen tersebut. Modal pure dari petani penggarap dari mulai biaya menyewa, pupuk, perawatan, dll. Hal ini dikerjakan sendiri tanpa ada sangkut paut dari aparat setempat. Ibu Maisitoh dan Bapak Udin berjalan sendiri tanpa ada dampingan aparat pertanian. 

Menurut saya, jika ingin kedaulatan pangan dapat terjaga maka mulai dari kesejahteraan petani. Jika petani tidak sejahtera maka bagaimana ketersediaan terjaga? Bagaimana jika pemuda melihat jika petani identik dengan kesusahan dan tidak ingin menjadi petani, siapa yang akan menjadi petani di masa depan? Terlihat di daerah Dramaga ini tidak banyak penduduk yang memiliki keahlian dalam bertani. Masih belum ada yang khawatir terkait ketersediaan pangan untuk masa depan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline