Lihat ke Halaman Asli

Jasmine Aulia

Mahasiswa

Cara Kaum Muda Menyikapi Globalisasi bagi Kelestarian Kebudayaan

Diperbarui: 30 Maret 2023   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemapuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Hubungan antara masyarakat dan kebudayaan merupakan dwi tunggal, yakni kebudayaan merupakan hasil dari suatu masyarakat. Kebudayaan hanya akan bisa lahir, tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat, tetapi juga sebaliknya, tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung oleh kebudayaan.

Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.

Kebudayaan bukan merupakan warisan biologis, yang berarti kebudayaan sendiri dipelajari melalui beberapa proses, seperti proses internalisasi, sosialisasi, enkulturasi, difusi, akulturasi dan asimilasi.

Dalam perkembangan dunia ini, tidak lepas dari pengaruh globalisasi, dalam perjalannya dapat diambil beberapa teori globalisasi. Achmad Suparman menjelaskan bahwa globalisasi adalah sebuah proses menjadikan sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri-ciri dan setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.

Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung disemua aspek kehidupan baik segi politik, ekonomi, sosial dan budaya. Cakupan ketergantungan ini benar-benar mengglobal. Globalisasi merupakan fenomena yang menunjuk pada meleburnya batas-batas geografis negara, terutama dari sisi kultural. Suatu negara bisa menjadi tidak dapat lagi dibendung berkat kemajuan teknologi.

Peristiwa yang terjadi di suatu tempat tertentu dapat dengan mudah menjadi peristiwa global. Demikian pula persoalan yang dihadapi suatu komunitas tertentu dapat pula segera "melahap" emosi global dan menjadi perhatian kalangan luas. Metafora yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi ini adalah "kampung dunia" (global Village). Metafora ini untuk menggambarkan seolah-olah seluruh dunia menyatu dan tidak lagi terkendala dimensi ruang dan waktu.

Masuknya budaya barat ke Indonesia melalui melalui teknologi, budaya, dan lingkungan sosial, saat ini semakin menekan proses akulturasi budaya, terutama kehadiran budaya Barat seakan mendominasi dan selalu menjadi trend-centre masyarakat. Kebiasaan dan pola hidup orang barat seakan menjadi cerminan bagi perilaku modern masyarakat saat ini. Keadaan ini terus mengikis budaya dan kearifan lokal yang merupakan warisan nusantara. Dari sini juga nilai tradisional secara perlahan mengalami pengikisan karena tidak mampu bersaing dengan budaya modern dalam bentuk pergaulan masyarakat.

Namun sebagai generasi muda, justru seharusnya kita mampu menyaring budaya-budaya luar yang masuk ke Indonesia. Kita memahami betul apa yang baik dan yang tidak baik bagi budaya kita sendiri. Tenggelam dalam arus globalisasi bukanlah cara yang tepat dalam menghadapi sisi negatif dari perkembangan zaman tersebut. Media sosial dengan berbagai platform yang ada tidak selalu berisikan dengan budaya-budaya luar atau gaya hidup dari luar. Sebagai pengguna yang bijak, sebagai generasi muda bangsa, kita dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana utama untuk melestarikan budaya bangsa.

Tiktok sebagai salah satu platform media sosial yang sedang booming sekarang ini dapat kita manfaatkan untuk mencari informasi seputar kebudayaan, sejarah, atau bahkan sebagai sarana untuk menjual hasil dari kebudayaan kita sendiri. Baju batik dan kebaya misalnya, sudah banyak pengguna tiktok yang mengiklankan produknya dan dijual dengan harga yang relatif murah. Tidak serta merta mencari keuntungan, penjual bertujuan untuk mengajak warga Indonesia bangga berbatik dan bangga berkebaya. Model yang tetap khas tetapi penggunaannya yang dirancang se-simple mungkin agar pengguna tetap nyaman saat memakainya.

Saat kegiatan luar atau sekedar jalan-jalan sekarang kita dapat menggunakan batik atau kebaya sebagai pakaian untuk beraktivitas. memulai dari hal sekecil apapun, jika dilakukan terus menerus dan secara bersama-sama maka akan memberikan perubahan yang semakin baik ke depannya. Tidak sedikit sekarang kita lihat kaum muda yang berwisata atau ke mall dengan berkain batik, dan tidak sedikit pula yang mengunjungi tempat-tempat bersejarah berkat pengguna lain yang juga mengenalkan lewat tiktok. Jadi sekecil apapun, asalkan kita memang berniat untuk melestarikan budaya kita maka lakukanlah dengan bangga dan dengan cara yang benar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline