Lihat ke Halaman Asli

Jarwadi MJ

Blogger and Marathoner Enthusiast

Harga BBM Turun Tarif Angkot Turun, Enak Saja

Diperbarui: 8 April 2016   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

1 April 2016 harga premium dan bahan bakar minyak lainnya turun. Harga premium menjadi Rp 6.450,-. Begitu pula harga solar, telah turun menjadi Rp 5.150,-.

Ini adalah penurunan kesekian kalinya dari harga yang paling mahal adalah: premium Rp 8.500,- dan solar Rp 7.500 pada tanggal 18 November 2015.

Harga premium saat ini telah hampir sama dengan harga pada tanggal 22 Juni 2013, pada masa pemerintahan pak beye. Bahkan Rp 50,- lebih murah. Harga premium pada saat itu Rp 6.500,-. Harga solar pun bisa dikatakan benar-benar lebih murah sekarang dibandingkan pada 22 Juni 2013. Saat itu harga solar Rp 5.500,-. Selisih Rp 350,- lebih mahal dibandingkan harga sekarang. (sumber: wikipedia)

Anehnya penurunan harga premium dan solar tidak serta merta diikuti oleh penuruhan tarif angkot dan angkutan umum lainnya.

Tadi malam saya mendengar di televisi, alasan mereka karena belum ada sosialisasi, belum mendengar sosialiasi penurunan harga BBM. Padahal ketika harga premium dan solar baru akan naik mereka seringkali sudah lebih dulu menaikkan tarif angkot.

Ini sebenarnya adalah apa yang tidak saya sukai dari tiap kenaikan dan penurunan harga BBM. Untuk diketahui di Indonesia, dari tahun 2000 sampai sekarang kenaikan dan penurunan harga BBM sudah terjadi berulang kali, sudah umum.

Pun tiap ada perubahan harga BBM pemerintah tidak cukup bagus mengatur kenaikan tarif transportasi masa. Seolah regulasi yang dibuat sampai saat ini tidak bergigi. Pak, Jonan, Menteri Perhubungan yang dikenal berpendirian tegas dan bertangan besi pun belum bisa membuat regulasi transportasi darat bertaring.  Kementriannya Pak Jonan belum bisa bagus memberi sanksi kepada pelaku bisnis transportasi yang semaunya sendiri dalam menentukan tarif  penumpang angkutan umum.

Nah, maka kejadiannya di masyarakat, penumpanglah sekarang ternyata yang memberikan sanksi kepada pelaku bisnis angkutan umum, angkot, angkudes dan sejenisnya.

Masyarakat memberi sanksi dengan mengadakan kendaraan pribadi sendiri untuk kebutuhan trasportasi mereka masing-masing. Kebanyakan masyarakat pengguna angkot memilih membeli sepeda motor untuk menekan biaya transportasi mereka sehari-hari. Bagi masyarakat yang lebih mampu bisa jadi akan membeli mobil. 

Sebagian masyarakat yang lain memungkinkan tumbuhnya bisnis transportasi berbasis aplikasi seperti Go-Jek, Grab Bike, Uber, Grab Taxi dan sejenisnya.

Akibat sanksi masyarakat ini sekarang di berbagai kota telah banyak angkot yang bangkrut. Di kota saya sendiri, di Wonosari, tinggal sedikit angkot yang bisa survive menghadapi sanksi sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline