[caption id="attachment_295592" align="aligncenter" width="659" caption="Sejumlah nelayan lokal, melintas ditengah waduk cengkli untuk kembali kedarat saat senja petang menyambut mereka. (Photo/ Aloysius Jarot Nugroho)"][/caption] Boyolali. Senja sore pun tiba, suasanya tenang dengan menikmati hembusan angin, melihat aktivitas nelayan waduk cengklik dan matahari terbenam membawa suasana kelarutan dalam keheningan hati. Ya itulah rasanya di tepian waduk cengklik di Desa Ngargorejo, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah dikala senja sore tiba.
Waduk cengklik merupakan sebuah waduk buatan yang dibangun diera jaman belanda. Dilahan kurang lebih seluas 300 hektar waduk tersebut dibangun untuk memenuhi pengairan persawahan para petani disekitar waduk. Namun juga dijumpai ditengah-tengah waduk tersebut terdapat keramba-keramba yang berdiri milik nelayan kecil untuk perternakan ikan.
Waduk Cengklik, mungkin waduk ini nama hanya terkenal dikalangan warga lokal saja, dalam kabupaten atau luar kabupaten Boyolali. Namun antusias warga dengan keberadaan waduk cengklik ini dapat menjadi wahana rekreasi tersendiri, terlihat banyaknya pengunjung yang datang diwaduk tersebut terutama dikala senja sore tiba. Dengan kontribusi masuk Rp. 1000,- warga dapat menikmati pemandangan indah tersendri yang dimiliki waduk cengklik dikala senja sore.
[caption id="attachment_295593" align="aligncenter" width="401" caption="Sejumlah pengunjung waduk cengklik menikmati suasana tenggelamnya matahari dibalik gunung merapi dan merbabu disisi dermaga pecah waduk cengklik. (Photo/ Aloysius Jarot Nugroho)."]
[/caption] Kegiatan menarang ikan, memancing dan menjala ikan oleh nelayan lokal dapat menjadi pandangan yang menarik ditengah waduk cengklik. Pengunjung pun juga dapat menikmati suasana lebih dekat dengan air waduk cengklik, dengan menyewa perahu nelayan yang disewakan untuk mengelilingi waduk cengklik, dengan harga Rp.40.000, per putarannya.
Banyak sisi indah yang masih tersembunyi di waduk cengklik ternyata dapat dinikmati para pengunjung, salah satunya adalah disisi waduk cengklik dermaga pecah. Disisi inilah pengunjung dapat menikmati suasana matahari tenggelam di balik gunung merapi dan merbabu. Dihiasi oleh perahu dan gethek para nelayan lokal yang kembali menuju ketepian ketika petang tiba, membuat suasana semakin syahdu dan memaknai tentang kehidupan alam dan manusia yang menjadi satu. (Aloysius Jarot Nugroho).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H