Lihat ke Halaman Asli

Instan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara tidak sadar, budaya instan telah merasuk dalam hampir semua lini kehidupan. Mulai dari pendidikan, sosial, kebudayaan, pangan, hiburan, politik, dan lain sebagainya.  Kita melakukan sesuatu begitu saja, bukan melakukan sesuatu sebagaimana mestinya itu dilakukan. Budaya instan ini bisa menjadikan seseorang tidak biasa berpikir, tidak esensial dan cenderung reaktif. Contoh bentuk sederhana budaya instan adalah pemasangan "polisi tidur" atau garis kejut.


Berbagai alasan dikemukakan mengenai pemasangan polisi tidur. Tujuannya adalah para pengguna kendaraan memperlambat laju kendaraanya karena itu merupakan kawasan rawan, atau kawasan yang ramai pejalan kaki misalnya.  Maksud pemasangan polisi tidur adalah untuk memberi efek seketika, yaitu pengguna jalan akan memperlambat laju kendaraanya. Namun dibalik itu, ada tahap edukasi yang tidak tersampaikan.. bagaimana pengguna jalan beretika dalam berkendara, kapan dia harus mengurangi kecepatan, kapan harus lebih waspada, dan yang lebih penting bagaimana dia harus membaca rambu-rambu lalu-lintas.


Pada kondisi ideal, jika pengendara kendaraan memiliki sikap santun berkendara dan bisa mengartikan rambu-rambu lalu-lintas maka tidak perlu ada lagi polisi tidur. Cukup dengan membaca rambu-rambu, maka dia tahu bahwa kecepatan laju kendaraan harus dikurangi. Faktanya lagi, para pengendara cenderung tidak mengurangi kecepatan kendaraanya karena peredam kejut kendaraannya cukup mumpuni untuk mengatasi efek kejutan polisi tidur. Nah, yang lebih parah lagi para pengendara justru malah merasa dijebak karena ada polisi tidur di jalan, tidak ada rambu-rambu sebelumnya, tidak juga polisi tidurnya dicat dengan warna terang, tiba-tiba ada kejutan, bukankah itu membahayakan?


Mari kita cermati peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekeliling kita, dan kita bertanya pada diri kita sendiri dan buktikan bahwa masih banyak lagi peristiwa instan yang kita lakukan. Agar tindakan menjadi buah kesadaran yang memiliki hakekat.


Yogyakarta, 8 Januari 2014


"Kesadaran dalam melakukan suatu tindakan ternyata penting."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline