Lihat ke Halaman Asli

Jarang Makan

Freelancer

Meniti Jalanan Setapak 2

Diperbarui: 22 Oktober 2024   06:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Di sebuah rumah sederhana, di ruangan depan, di atas lantai tanah yang telah mengeras, selembar tikar dari anyaman daun pandan telah tergelar. Dua orang lelaki berusia sekitar tiga puluhan telah menunggu kehadiran Widura dan dua bocah lainnya yang merupakan sepupu. Mereka adalah Ki Baskara, ayah widura, dan adik iparnya yang bernama Ki Sarwana, suami dari adik perempuan Ki Baskara dan sekaligus ayah dari tiga orang anak.

Dari ruang belakang datanglah seorang anak gadis berusia belasan, yang sebelumnya memanggil tiga bocah itu agar pulang,  dan ibunya. Di tangan dua perempuan ini masing-masing terdapat sewadah singkong rebus dan ubi rebus yang masih berasap. Para lelaki yang ada di ruangan itu terlihat begitu gembira melihat pemandangan itu. Bahkan bocah yang terkecil meloncat-loncat kegirangan.

Sejurus kemudian mereka ramai-ramai menikmati hidangan makan siang. Walau sederhana, karena dilakukan bersama, semua makanan yang terhidang berhasil membangkitkan selera. Sambil menikmati potongan-potongan lauk dan sayurannya, mereka membicarakan peristiwa lewatnya rombongan pejabat yang jarang sekali terjadi di desa Legang.

"Ayah, aku ingin jadi prajurit. Pandai silat dan bisa naik kuda." kata Widura untuk sekian kalinya memperdengarkan keinginannya.

"Aku juga!" dua anak lelaki Ki Sarwana menimpali.

"Boleh saja kalau kalian ingin jadi prajurit. Tapi kalian harus giat berlatih agar jadi prajurit yang perkasa. Dan juga harus mau melindungi orang lain." Ki Sarwana menasihati. Ki Baskara yang duduk di sebelahnya manggut-manggut mengiyakan.

Setelah makan siang usai, bocah-bocah kembali melanjutkan permainan di halaman rumah. Sedangkan Nyi Sarwana dan anak gadisnya membersihkan peralatan makan. Ki Baskara tetap duduk-duduk bersama adik iparnya.

"Adi Sarwana, nanti adalah malam terakhir aku menginap di rumah ini. Besok aku akan minta diri. Terima kasih sudah mau direpoti oleh kunjunganku." Ki Baskara membuka percakapan.

"Ah, Kang Baskara seperti orang lain saja. Justru aku yang berterima kasih karena kunjungannya ke rumah kami ini."

"Bukan apa-apa juga sih. Ini hanya kunjungan balasan setelah kunjungan Adi ke tempatku beberapa bulan yang lalu. Aku sudah sangat senang melihat Adi sekeluarga sehat semua."

"Syukur kepada Sang Maha Pemurah atas berkah kesehatan kepada kita semua, kang."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline