Mana kuasa berjalan di atas tanah yang lebur menjadi lumpur karena hujan sedari barusan, sampai tujuan pun tidak
Mana bisa tak masuk angin kalau malamnya terguyur hujan, amat lama
Hujan ini bukan petaka saja, gelegar petirnya meraung ciutkan otot senyum
Petir itu tajamkan matamu, tak bisa ditatap dengan damai
Hujannya dimana-mana, Kamu
Raunganku kalah, salah memang aku tak mau mengalah
Lisanku liar, kamu terluka. Sesal pecuti betis, berbekas tapi tak sepadan dengan sayatan di hati. Bisa hilang, tidak apalagi, sangat bisa.
Terakhir, sumpah: hujan ini dimana? Dimana-mana? Dimana dimana?
"Bodoh!" umpatmu
Tolehan sarkas itu terdengar lebih lara daripada umpatannya,
Oh, hujannya di situ, di hatimu, dan lebat betul,