Ray
Terbilang nyaris setengah tahun aku dan Zoe berselisih paham. Padahal kelulusan sekolah tinggal menunggu hari saja. Ulang kali Mama berujar, tak baik berselisih lebih dari 3 hari. Mendengus, aku tampik kecelaanku. Sekiranya hari itu tidak kejadian. Sekarang aku merasa jijik dengan diriku, bisa-bisanya kami menodai persahabatan kami oleh perkara Adora--gadis cantik bermata biru itu. Pun, akhirnya Adora memilih Yanjie--pria asal Korea yang babyface itu. Bukankah seharusnya kami segera berdamai?
"Kau, pernah tidak, merencakan akan baikan kapan dengan Zoe?" tanya Lily sambil dagunya mengarah pada Zoe di bangkunya.
Baiklah setelah kelulusan saja aku meminta maaf padanya gumanku.
Zoe
Ray pasti sangat membenciku, aku sudah tak pantas menjadi temannya. Baiklah, aku harus melupakan semuanya setelah lulus aku akan pindah ke luar kota. Mama sudah membelikan tiket pesawat.
Ray
Hari kelulusan membuatku pilu, waktu terbang begitu cepat. Kita mestilah bertumbuh dewasa di jalan yang berbeda-beda. Ah ya, aku harus menemui Zoe. Aku sudah bawakan kue kesukaannya.
Zoe
Aku duduk di Bandara meratapi perpisahan yang kualami dengan berkaca-kaca sebagai jeritan hati yang paling mutlak saat itu.
Bagaimana kalau aku telepon Ray saja dulu?