Jika mata kurang awas untuk membaca news di atas, maka silahkan klik Kasus Pembunuhan Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi Baptis Indonesia - Semarang (dan news terkaitnya).
Pembunuhan sadis tersebut, ternyata belandaskan dendam kesumat. Menurut Polisi, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jateng Kombes Bambang Rudi Pratikyo, " ... dendam kesumat yang melatar belangi pembunahan sadis itu gara-gara korban yang semasa hidupnya dengan para pelaku pernah sama-sama menekuni ajaran Islam telah beralih agama. Bahkan, Suparno kuliah lagi di perguruan tinggi theologi baptis di Semarang. Perubahan agama, itulah mendorong rekan-rekan lamanya jengkel hingga melakukan pembunuhan sadis tersebut."
Semuanya itu, merupakan penyebab utamanya atau ada hal yang lain!? Anda, karena daya analis dan kritis, mungkin bisa menjawab.
... . ...
Apapun alasannya, alasan agama dan keagamaan, amarang, jengkel, atau apa pun; pembunuhan sadis tersebut merupakan tindakan kriminal, melanggar hukum, serta patut mendapat sanksi hukum yang sangat keras.
Melihat dan membaca news tersebut di Media Online dan juga telah menyebar di jejaring sosial (terutama FB), diriku, tak mampu berkomentar, atau bahkan tak berani berkata banyak. Tanggapan di jejaring sosial pun penuh dengan nada umpatan terhadap para pelaku. Banyak orang menjadi marah, dan prihatin karena kejadian seperti itu; peristiwa yang menempatkan nalar normal berada di belakang damai dan kedamaian, persahabatan, dan saling menerima serta menghargai satu sama lain.
Menurutku, publik menanti saatnya aparat keamanan (polisi), perlu memperlhatkan kredibelitasnya dalam menangani kasus tersebut; sebab jika tak hati-hati, maka akan bergeser ke/menuju kasus sentimen SARA, bahkan muncul silent konflik horisontal, yang sewak-waktu bisa membara. Kini, ketiga pelaku pembunuhan, Mahmud (29) - Gebog dan Sudarsono alias Sony (29) - Agus Suprapto (31) kini menanti kelanjutan proses hukum akibat perbuatan mereka.
Ku menanti kelanjutan terang benderangnya kasus tersebut ....
UPDATE
Seorang mahasiswa Seminari Teologia Baptis Indonesia (STBI) menjadi korban pembunuhan sadis. Tiga orang tersangka pelaku telah dibekuk oleh polisi; Jasad Omega Suparno (42) ditemukan ditemukan di hutan daerah Jepara dengan luka tusukan, tubuh lebam-lebam dan wajah dibakar. Dalam laporan KDO, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jateng Kombes Bambang Rudi Pratikyo mengungkapkan bahwa motif pembunuhan adalah dendam. Almarhum telah beralih agama, bahkan kuliah di STBI di Semarang. Alm. Suparno pernah menekuni ajaran Islam bersama para tersangka pelaku, masing-masing AM (29) warga Desa Ngaklingan, Gebog, S alias Sony (29) warga Desa Klumpit, Gebog, Kudus, dan AS (31) asal Dusun Semper Barat, Cililing, Jawa Barat. Untuk mengelabui polisi, ketiga pelaku membawa kabur motor korban supaya dikira korban dirampok. Ketiga tersangka kini ditahan di sel Polda Jateng Semarang. Dikuburkan secara Kristen Menurut email yang diperoleh redaksi MP mengenai pembunuhan ini, alm. Omega Suparno berniat menjadi seorang hamba Tuhan dengan masuk ke STBI. Pada liburan Natal, tanggal 10 Desember lalu ia pamit pulang mengunjungi orang tuanya di Jepara. Tanggal 11 Desember dini hari tubuhnya ditemukan di sebuah selokan di hutan jati tanpa pakaian dan wajah dalam keadaan terbakar dan sulit dikenali. Setelah dievakuasi oleh polisi, diumumkan kepada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga untuk datang melihat jazad tersebut. Orang tua almarhum datang dan mengenali tubuh anak mereka. Menurut DR Yustinus Djoko Santoso, kepala STBI, yang datang melihat jasad almarhum segera setelah mendapat berita, alm pak Suparno pernah mengirim surat kepada orang tuanya kalau ia meninggal harap dilaksanakan penguburan secara Kristen. Setelah pengambilan sampel tes DNA, pada hari Rabu tanggal 12 Desember 2012 pukul 19.00 jenasah boleh dibawa pulang. Jenasah dibawa ke GBI Jepara untuk kebaktian dan langsung dimakamkan malam itu juga untuk menghindari reaksi kekacauan. “Puji Tuhan pemakaman dapat dilaksanakan dengan baik, tentram dan sukacita dalam duka,” demikian ditulis dalam email itu. “Berita memang segera tersebar diantara orang-orang [dari gereja] Baptis. Tetapi semua menunjukan kedewasaan berpikir dan mendoakan agar keluarga ... diberi penghiburan Tuhan Allah.” Dengan ditangkapnya para pelaku ungkapan doa dalam email itu telah terjawab. Kiranya penegakkan hukum atas perbuatan mereka mencabut nyawa orang lain secara kejam tak hanya membawa mereka pada penyesalan, namun juga pada kesadaran akan nilai hidup manusia di hadapan Allah.*** ------- Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (Matius 10:39)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H