Lihat ke Halaman Asli

Komentar Sampah

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13429421791247422357

Tak sedikit pembaca tulisan ku di kompasiana atau pun jejaring sosial yang ada tulisan ku karena di share oleh orang lain, pernah bertanya, mengapa harus ada gambar/foto seperti yang ada dalam tulisan ini. Jawab saya, cuma sederhana, tak mau ada tanggapan yang aneh-aneh di lapak tulisan/artikel.

Ada banyak model atau sifat komentar atau tanggapan pada satu tulisan, misalnya; bersifat sosial, bersahabat, berteman, dan sejenisnya; ini bisa dengan kata-kata pendek, hello, apa khabar, ada di mana, hmmmm, dll; serta bersifat menarik perhatian agar masuk dalam hubungan pribadi.

Di samping itu, ada juga kategori, yang ku beri nama komentar sampah; komentar sampah tidak sama dengan memberi masukan, kritik, kritisi, tanggapan, atau sejenisnya. Ya komentarnya sampah, ya tetap sampah.

CIRI-CIRI KOMENTAR SAMPAH

  1. vulgar, porno, seksualitas dan pelecehan seksual
  2. ancaman, benci, kebencian, permusuhan,
  3. makian - caci maki seseorang maupun kelompok
  4. sentimen sara, rasis, rasialis, diskriminasi, dan sejenisnya
  5. menyerang individu
  6. melenceng - menyimpang jauh dari topik yang dibahas
  7. komentar spam, isi komentar yang sama dan berulang-ulang pada/di satu tulisan - artikel - lapak
Model-model komentar seperti itu. ada pada semua jejaring sosial - publik - media online, yang membuka peluang agar member atau orang lain bisa memberi komentar/tanggapan. Sama halnya dengan kompasiana, ada peluang untuk semua kompasianer komentar; termasuk bukan teman dari yang menulis atau yang komentar. Karena ada kebebasan memberi komentar - tanggapan itulah, seringkali, mereka yang berkomentar, keluar dari apa yang seharusnya.  Lihat dibawah, aturan dari admin, Coba perhatikan (lengkapnya klik) 12. Dengan mendaftar di Kompasiana, Kompasianer memahami dan setuju untuk tidak menggunakan, menempatkan, mengunduh, menautkan, melekatkan dan atau menayangkan Konten yang:
  1. Melanggar atau menyalahi hak orang lain, termasuk tanpa kecuali, hak intelektual, hak paten, merek dagang, rahasia dagang, hak cipta, publisitas atau hak milik lainnya dari pihak ketiga.
  2. Mengancam keselamatan, memfitnah, mencemarkan nama baik, menipu, mencurangi, dan/atau menimbulkan kebencian pada individu atau kelompok tertentu.
  3. Memuat dan/atau berisi informasi/berita palsu atau yang diragukan kebenarannya secara sengaja dengan maksud untuk menipu, membohongi atau memperdaya pembaca Kompasiana.
  4. Menghina, menyinggung, melecehkan, merendahkan, mengintimidasi memicu pertentangan dan/atau permusuhan individu atau kelompok berdasarkan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA), jenis kelamin, orientasi seksual, usia, atau cacat fisik.
  5. Melanggar norma kesusilaan, mengandung unsur cabul dan pornografi.
  6. Menganjurkan atau menyarankan perbuatan yang melanggar hukum.
  7. Berisi kata-kata sumpah serapah, gambar, atau bentuk grafis lainnya yang berisi dan/atau menimbulkan rasa ngeri, kasar, kotor, dan jijik.
  8. Menyebarkan ideologi atau ajaran tertentu yang melanggar hukum yang berlaku di wilayah Republik Indonesia.
  9. Mengandung virus atau kode komputer lainnya, file atau program yang dapat mengganggu, merusak atau membatasi fungsi dari perangkat lunak (software) atau perangkat keras (hardware) komputer atau peralatan komunikasi, atau memperbolehkan penggunaan komputer atau jaringan komputer yang tidak sah.
  10. Melanggar Syarat dan Ketentuan, petunjuk atau kebijakan lainnya yang ada di Kompasiana dan KOMPAS.com.
Tentu saja tersirat di dalamnya komentar-tanggapan yang saya kategorikan sebagai komentar sampah. Apkah harus menanti admin yang menghapus komentar yang mengganggu!? Tentu tidak; karena ada fitur hapus komentar; jadi gunakanlah fitur tersebut, dengan sebebas-bebasnya. Dengan itu, pemilik lapak - kompasianer sudah membantu admin, (Kompasianer diminta ikut serta mengawasi dan memonitor Konten di Kompasiana dengan menggunakan fitur pelaporan konten (baik tulisan, gambar maupun komentar);  jadi tak perlu menanti atau menunggu, langsung hapus, jika ada seperti itu; jika ada sampah di lapak. Lalu mengapa harus ada gambar/foto seperti ini!?

1342942207935455533

Ini adalah foto/gambar peringatan; sehingga siapa pun, yang melihatnya, pasti sudah tahu bahwa, jika ia berikan komentar - tanggapan sampah, maka akan di hapus. Dan itu tiada ampun.
Peringatan, sekali lagi, peringatan; dan bukan permusuhan atau musuhan; sama saja dengan 'dilarang masuk - dilarang  merokok - dilarang kencing di sini - dilarang buang sampah' dan lain sebagainya. Konsekuensinya adalah, mereka yang suka asal masuk, asal merokok, suka kencing sembarangan, suka bunng sampah sembarangan, menjadi tak suka dan tak nyaman. Mengapa!? Karena kenyamanan mereka terganggu dengan peringatan dan larangan-larangan tersebut.
Di samping semua yang di atas, ada juga kewajiban kompasianer bisa menyampaikan segala informasi terkait pemilik Konten, termasuk alamat Internet Protocol (IP) yang terekam di dalam sistem Kompasiana kepada Pihak Berwenang.
Kompasianer diminta ikut serta mengawasi dan memonitor Konten di Kompasiana dengan menggunakan fitur pelaporan konten (baik tulisan, gambar maupun komentar); dan bisa melaporkan Kompasianer lain yang dianggap mengganggu kenyamanan; hanya boleh digunakan Kompasianer untuk berpartisipasi melakukan pengawasan.

13429422351304005328




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline