Irshad Manji datang ke Indonesia, karena diundang oleh berbagai aktivis hubungan agama dan masyarakat - penerbit - lsm, yang mempunyai panggilan untuk membuka cakrawala orang Indonesia tentang keindahan serta keterbukaan agama terhadap berbagai masalah kontemporer, sekaligus sebagai launching buku "Allah, Liberty, dan Love"
Dari serpihan-serpihan penting buku tersebut, yang disebar - ditebar melalui berbagaiweb/situs, siapa pun (yang bisa pahami) karya Irshad Manji, akan bisa memahami gaya berpikir dan pemikiran yang mau membawa orang (pembaca) untuk memahami agama dengan cara terbuka. Bagi Irshad, ajaran-ajaran agama tak boleh membawa kekakuan dan keakuan, melainkan supel dan memancar berbagai aspek hidup. Irshap Manji juga ingin menunjukkan bahwa, agama membawa kemerdekaan kepada manusia, sehingga manusia bisa beriman tanpa takut. Coba baca buku ini Beriman Tanpa Rasa Takut (klik).
Sayangnya, banyak orang belum mendengar kata-kata dan penjelasan (dari dan dalam diskusi)
dari Irshad Manji. Ia belum memancarkan pemikiran-pemikirannya agar didengar serta dimengerti, namun sudah di usir.
Perlakuan terhadap Irshad Manji di Jakarta Selatan serta di Jogya, serbuan masa - penolakan - bahkan adanya kebrutalan terhadapnya dan peserta diskusi, akan menjadi Iklan Buruk tentang Indonesia di kancah Internasional.
Pembubaran paksa, yang sebelumnya ada teriak-teriakan caci maki - kata-kata kotor serta perusakan, menujukan pola atau gaya yang bisa dikategorikan penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Para radikal bersembunyi dibalik era yang demokratis bahwa semua orang berhak untuk berkumpul dan menyatakan pendapat; namun mereka justru tanpa serta melanggar demokrasi. Masyarakat yang biasanya - bisa lebih bersikap terbuka, saling menghargai, bersikap ramah, diprovokasi dengan dalil-dalil agama, sehingga menjadi bringas dan brutal (dan lucunya lagi, mereka yang bringas - brutal itu, bangga bahwa telah selamatkan masyarakat dari ajaran pluralisme - liberalisme - sekuler .... sungguh kebanggaan yang menjijikan )
Kelakuan kaum radikal atas nama agama tersebut, di luar sana, akan disamaratakan sebagai orang-orang Indonesia yang tak toleran - rasis - melanggar ham - adanya pengekangan pada kebebasan beragama dan pluralisme, dan lain sebagainya. Di luar sana, hanya ada satu, yaitu Indonesia yang intoleran serta radikal. Dan ini sangat merugikan - sekali lagi sangat merugikan.
foto koleksi jakarta.tribunnews.com dan koleksi pribadi Abbah Jappy P