Tempatnya politisi di ruang-ruang parpol - ruang-ruang parlemen - atau di ruang yang berhubungan politik/is. Tetapi, pada masa kini, khususnya di Nusantara, banyak politisi yang keluar masuk ruang pengadilan, dan kemudian pindah ke penjara; dan pada akhirnya mereka menjadi narapidana serta mantan narapidana, kadang mereka kembali menjadi politisi.
Itulah warna politik politisi Nusantara
Politik [Indonesia], politic, [Inggris] adalah padanan politeia atau warga kota [Yunani, polis atau kota, negara, negara kota]; dan civitas [Latin] artinya kota atau negara; siyasah [Arab] artinya seni atau ilmu mengendalikan manusia, perorangan dan kelompok. Secara sederhana, politik berarti seni pemerintah memerintah; ilmu memerintah; cara pengusaha menguasai. Makna politiknya semakin dikembangkan sesuai perkembangan peradaban dan meluasnya wawasan berpikir. Politik tidak lagi terbatas pada seni memerintah agar terciptanya keteratuaran dan ketertiban dalam masyarakat polis; melainkan lebih dari itu.
Dengan demikian, politik adalah kegiatan [rencana, tindakan, kata-kata, perilaku, strategi] yang dilakukan oleh politisi untuk mempengaruhi, memerintah, dan menguasai orang lain ataupun kelompok, sehingga pada diri mereka [yang dikuasai] muncul atau terjadi ikatan, ketaatan dan loyalitas [walaupun, yang sering terjadi adalah ikatan semu; ketaatan semu; dan loyalitas semu].
Orang yang cenderung dan ingin menguasai -mempengaruhi biasanya mempunyai kesamaan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai; dan untuk mencapai tujuannya, mereka membentuk atau pun bergabung dengan parpol atau partai politik; dan mereka disebut politisi.
Setelah 1998, mereka yang disebut politisi, sudah merambah ke pelbagai tempat, jabatan, dan institusi di Negeri ini. Di negeri ini (katanya karena Demokrasi dan setiap warga mempunyai kesamaan serta kedudukan politik ), bisa menemukan di banyak tempat, misalnya:
- Politisi ada di DPR/DPRD I/DPRD II - DPD - MPR, ini wajar dan normal, karena memang lembaga-lembaga tersebut adalah institusi politik - politis; dan pasti orang-orang yang menjadi anggotanya adalah para politisi
- Politisi ada di Kementerian (dulu departemen), mereka (umumnya) diangkat oleh presiden, berdasarkan pertimbangan politik-politis, (walau ada yang berdasarkan karier dan keahlian); mereka juga bisa merambah sampai di irjen - dirjen - direktur, dan seterusnya; yang pasti, ia ada karena pertimbangan politik-politis
- Politisi ada di Badan Usaha Milik Negara, ini juga sama, mereka diangkat - ditempatkan berdasar pertimbangan politik - politisi
- Politisi ada sebagai kepala daerah; mereka adalah gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, walikota, wakil walikota, ... mereka muncul sebagai pemimpin daerah karena ada/hasil pilkada
- Politisi ada ruang pengadilan dan penjara; dan lain sebagainya
POLITISI ada PENGADILAN, (kemudian mereka pergi ke/masuk) ada di PENJARA, bukan karena ruang parlemen pindah ke bui atau penjara atau ruang kerja gubernur-bupati-walikota telah bergeser ke penjara.Politisi ada di Pengadilan karena ada kebusukan sebagai politisi (busuk dan sering juga rasis-rasialis); mereka terlibat kasus suap - korupsi - narkoba - dan berbagai kejahatan lainnya; mereka juga bisa ada di pengadilan sebagai saksi tentang suatu perkara hukum.. Nan, ketika mereka diadili, apakah mereka bisa jujur!?
- politisi bisa jujur dan tidak jujur sebagai saksi di pengadilan; jika mereka jujur ketika bersaksi, maka bisa menjerumuskan terpidana ke penjara atau malah membebaskannya; jika mereka tidak jujur ketika bersaksi, maka si terpidana juga bisa masuk penjara atau pun bebas
- politisi bisa jujur dan tidak jujur ketika ia diadili karena melanggar hukum atau berbuat kejahatan; misalnya karena kejahatan korupsi; jika ia jujur maka, ia mengakui kesalahannya (namun adakah penjahat mengakui kejahatannya dengan jujur!?); bisakah ia jujur bahwa bersamanya ada keterlibatan orang-orang lain (karena sifat korupsi yang berjamaah); dan jika itu terjadi, maka keluarga (isteri - anaknya) akan terbunuh-dibunuh
Kini, sebagian besar rakyat semakin pintar menilai - mempertimbangkan - mengamati - dan membuat keputusan untuk mengenal politisi lokal maupun nasional; mereka, para politisi yang mempunyai rekaman tidak jujur - rasis - rasialis - korup - anti NKRI, pasti akan menjadi sampah politik di negeri ini. semua gambar koleksi pribadi - di kompasiana media libraryAbbah Jappy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H