foto sudut sungai di pulau Timor, koleksi pribadi
Menurut Kwik Kian Gie, (jika diringkas dari berbagai info dari dumay), "Sudah sejak 30 tahun yang lalu, minusnya pemasukan negara dalam rangka penyusunan APBN, maka pemerintah selalu menutupinya dengan cara utang - berhutang (LN, Lembaga Donor, World Bank, dan lain-lain). Total utang pemerintah Indonesia hingga akhir 2011 mencapai Rp 1.803,49 triliun (naik Rp 126,64 triliun, dibandingkan 2010 yang mencapai Rp 1.676,85 triliun)
Total utang pemerintah Indonesia yang Rp 1.803,49 triliun tersebut, jika ditambahkan dengan hasil kesepakatan DPR dan Pemerintah, untuk melakukan hutang baru sebesar Rp 156 Triliun; maka sampai pertengahan 2012 (nanti) utang pemerintah RI sebesar Rp 1.959,49 Triliun. (Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Melchias Markus Mekeng, (pada dalam paripurna di Gedung DPR, Jumat 30/3/20), “Disepakati (kesepakatan antara pemerintah dan dpr) defisit anggaran negara dalam APBN-P 2012 menjadi Rp 190,1 triliun atau 2,23% PDB.)
Silahkan kita bayangkan, sampai kapan generasi penerus Nusantara harus membayar utang-utang tersebut. Jika satu generasi dihitung 40 tahun, maka 3 sampai 4 generasi (200 tahun akan datang), anak cucu kita harus membayar utang-utang tersebut.
LUAR BIASA ... pemerintah (yang sekarang), telah mewariskan ke generasi yang akan datang, beban membayar utang; beban yang sangat berat namun harus mereka pikul.
foto koleksi pribadi
Lalu, muncul aneka pertanyaan yang tak terjawab. Apakah orang pintar di negeri ini tak melihat warisan tersebut!? Apakah para politisi yang vokal terhadap kebijakan pemerintah, tak melihat posisi jumlah utang pemerintah tersebut!? Apakah para ormas radikal dan tak radikal - lsm - organisasi profesi, dan lain-lain, tak tahu total hutang negara tersebut!? Apakah para akademisi dari ptn dan pts, tak mempunyai informasi tentang pahitnya utang-utang negara tersbeut!? Apakah para pendana demonstrasi - para mahasiswa - para pemotres, tidak tahu menahu tentang jumlah hutang negara tersebut!? ... dan masih bisa muncul aneka pertanyaan.
Mengapa cuma (rencana pemerintah menaikkan) harga BBM lah, yang membuat hampir semua elemen masyarakat bergerak dan protes!? Padahal, naiknya utang negara, tak kalah dasyat; bahkan lebih dasyat dari naiknya bbm.
Jika bbm naik sekarang (atau enam bulan lagi), toh yang menderita adalah generasi yang sekarang bukan anak-cucu; namun kenaikkan utang negara, maka dampaknya sampai ke anak-cucu. Mengapa tak ada yang protes.
Mengapa tak ada yang demo, merusak, rusuh, beropini, berpidato, tampil di media, dan seterusnya!? Mengapa tidak ada demonstrasi besar-besaran menolak kenaikkan utang negara yang membebani generasi akan datang!?
Semuanya lebih suka diam, ketika utang negara - utang pemerintah ri semakin melonjak tinggi (dan memang ini resiko!?); apalagi jika pemerintah beralasan, jika bbm tak naik (ada penyusuain harga), maka harus menutupi defisit anggaran dengan cara utang; dan memang ini langkah praktis dan cenderung mudah, daripada menutupi celah agar tak ada perampokan uang negara melalui korupsi.