foto koleksi pribadi
AGAMA dapat berperan (untuk) Merubah Kepribadian Manusia
Ajaran-ajaran agama dapat merubah umatnya kearah yang lebih baik. Dampak dari perubahan tersebut diharapkan mampu dirasakan oleh masyarakat luas. Agama harus membuka peluang agar umat dengan keputusan sendiri melakukan perubahan sekaligus mengubah masyarakat. Walaupun demikian, agama tidak boleh salah kaprah menilai bahwa semua hal dalam masyarakat [misalnya unsur-unsur budaya, tatanan dan interaksi sosial, cara hidup warisan nenek moyang, dan lain-lain] sebagai kebiasaan lama yang harus dirubah karena tidak sesuai dengan ajaran agama. Jika agama menemukan hal-hal dalam masyarakat yang mungkin saja bertantangan dengan ajaran keagamaan, maka tidak perlu melakukan pemaksaan agar meninggalkannya. Agama hanya memberikan pertimbangan agar umat dengan suka rela meninggalkan hal-hal tersebut.
Agama dapat berperan sebagai Perubah Pribadi Manusia. Alasan-alasan positip seseorang menjadi umat beragama, antara lain agar
- memperoleh kepastian keselamatan;
- mengingatkan dirinya sendiri bahwa TUHAN yang menciptakan serta mengatur segala sesuatu termasuk hidup dan kehidupan;
- kesadaran adanya TUHAN; ajaran-ajaran agama mampu sebagai pagar pembatas agar tidak jatuh serta terjerumus ke dalam cara-cara hidup yang buruk serta negatif;
- mampu mendorongnya agar berbuat kebajikan, membantu, menolong, memperhatikan sesama manusia berdasarkan kasih; dan lain-lain.
Dengan keyakinan seperti itu, bisa dipastikan bahwa, seseorang yang beragama dan sekaligus melaksanakan serta mengimani ajaran agama, maka akan mengalami perubahan pada hidup dan kehidupannya. Semuanya itu berarti, umat beragama, harus membuktikan bahwa hidup dan kehidupannya sesuai dengan ajaran agama.Pada hakekatnya, perubahan diri seseorang ketika ia menjadi umat beragama yang setia dan taat, menyangkut tiga hal penting, yaitu iman, pengharapan, dan [cinta] kasih.Ajaran-ajaran agama, menjadikan seseorang [harus] mengalami perubahan iman [Yunani, pistis; percaya, iman, setia]; dari tadinya tidak percaya berubah menjadi percaya, yakin, setia kepada TUHAN. Jika menjadi umat beragama maka harus mengalami perubahan iman; seandainya ia berganti atau berpindah agama, maka apa yang diimani pun berubah [sesuai ajaran dalam agama barunya].Perubahan iman pada diri seseorang, memerlukan suatu proses mendengar dan belajar; isi pembelajaran tersebut adalah ajaran-ajaran agama yang dibangun berdasarkan teks-teks [ayat-ayat] kitab suci.Melalui agama seseorang mendapat pengharapan baru; umat mendapat wawasan dan kepastian masa depan [eskhatologis]. Pada sikon hidup dan kehidupan yang tidak menentu, umumnya, manusia mudah mengalami ketidakpastian serta kehilangan pengharapan. Dan jika, sikon tersebut terus menerus terjadi pada seseorang, maka ia akan mengalami gangguan kejiwaan [penyakit jiwa] ringan maupun parah. Di sini, agama berperan untuk merubah keadaannya.Melalui ajaran dan bimbingan, [tokoh-tokoh] agama membuka peluang agar umatnya meraih masa depan dengan baik. Manusia harus bisa mencapai masa depannya ketika masih ada di dunia dan dalam dimensi waktu; serta masa depan setelah hidup dan kehidupan kekinian. Semua umat beragama harus bisa mencapai kedua bentuk masa depan tersebut.Ketika umat beragama mau mencapai masa depan yang masih terbatas pada dimensi waktu dan ruang, maka ia harus melakukan segala sesuatu pada masa kini dengan baik dan benar.Demikian juga dengan masa depan setelah hidup dan kehidupan sekarang. Agama selalu mengajarkan adanya kehidupan sempurna serta kekal di Surga, dan hanya bisa dicapai setelah manusia mati atau meninggalkan dunia ini. Untuk mencapai kehidupan sempurna dan kekal itu, umat beragama harus melaksanakan kehendak TUHAN sesuai yang diajarkan oleh agama-agama.Melalui agama, seseorang dapat mengasihi sesamanya dengan tulus. Semua bahasa bangsa, suku, sub-suku mempunyai kosa kata yang bermakna kasih ataupun mengasihi [cinta dan mencintai]. Kasih merupakan tindakan yang mempunyai kesamaan universal yaitu adanyan hubungan dan perhatian dari seseorang kepada sesama; dari sekelompok masyarakat kepada komunitas lainnya; dan seterusnya. Secara sosial-kultural, kasih membuat umat beragama mampu memperhatikan, berbuat baik, dan menolong masyarakat yang berbeda agama dengannya. Secara keagamaan, kasih menjadikan umat beragama membangun hubungan dengan TUHAN secara sungguh-sungguh serta penuh kesetiaan dan ketaatan.
foto koleksipribadi
Abbah Jappy P
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H