Lihat ke Halaman Asli

Mengapa FPI Marah Terhadap Spanduk!?

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13318901801157237899

Pontianak, kota nan damai, dengan warga multi etnis; yang warganya bisa menerima serta toleran (sebagaimana pengalaman berkunjung ke sana, sekian tahun yang lalau), agaknya (mulai) kalah terhadap sabar dan kesabaran. Mungkin saja selama ini mereka hanya bisa diam; daripada ribut, mendingan membiarkan. Agaknya, panjang sabar warga Pontianak sudah mencapai titik finish, sehingga sekelompok mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Pangsuma, Jalan KH Wahid Hasyim, memasang spanduk besar (di depan/gerbang Asrama) dengan kata-kata “Tolak Pembentukan FPI di Kalbar.” Tentu saja, warga Asrama Pangsuma, yang mayoritas mahasiswa asal timur Kalimantan Barat, yang memasang spanduk penolakan dan pembubaran FPI di Kalimantan Barat tersebut, mempunyai alasan-alasan yang tepat serta dengan pertimbangan yang matang Di luar dugaan, FPI yang katanya, hadir membawa damai dan perdamaian; memelihara iman umat dari godaan pornografi, alkohol, dan segala berntuk godaan setan, justru marah serta berang. Mereka marah terhadap spanduk yang terbentang di gerbang asrama. Padahal pada spanduk itu, tak ada gambar porno, iklan alkohol, atau bahkan ajakan agar berbuat maksiat, atau pun ajakan agar murtad dari Islam. Spanduk dari kain biasa, dan dengan tulisan yang standar; tidak lebih dari itu.Agaknya, (di Pontianak) ada orang-orang FPI yang justru tidak pahami makna damai dan perdamaian (yang seharusnya mereka usung), akibatnya mereka memasuki asrama dan melepas spanduk.

Aksi kurang ajar dan seenaknya tersebut, tentu saja memicu keributan, sehingga  nyaris terjadi bentrok. Untungnya ada, aparat keamanan yang mampu meredam, sehingga tak terjadi bentrokan yang lebih luas atau melebar. Walaupun sudah adem atau tenang, pada Kamis, 15 Maret 2012, sejak 08.00 – Ribuan orang berkumpul di Rumah Betang, Jalan Sutoyo, Pontianak. Mereka menuntut FPI dibubarkan, dan tak boleh ada tanda-tanda kehidupan di Kalbar.

13317950432089036650

Seharusnya, dari kejadian-kejadian sebelumnya (terutama) di Bumi Borneo (yang masih hangat di Kalteng),  seharusnya FPI (anggota, simpatisan, pengurusnya) harus pandai peka serta membaca sikon.  Mereka (FPI) harus pahami bahwa Masyarakat Adat Dayak, belum melupakan (masih hangart dalam ingatan mereka) peristiwa di Kalteng, jadi harus lebih berdiam dan berdiam diri; sedikit saja mereka berulah, maka akan membawa - memicu amarah pada banyak orang; banyak orang yang tak menyukai mereka.

Jika FPI tidak merubah diri dan berubah gaya sepak terjang mereka, maka cepat atau lambat mereka akan bubar; bubar karena hukum, atau dibubarkan paksa oleh masyarakat. SILAHKAN bergabung  GERAKAN NASIONAL MEMBUBARKAN FRONT PEMBELA ISLAM;

https://www.facebook.com/Gerakan.Nasional.Membubarkan.FPI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline