Lihat ke Halaman Asli

30,2 % Santri Setuju Memerangi ...

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328948585682907091

Dengan mata terbelalak, ku membaca hasil penelitian pada Media Indonesia. Ada rasa senang - sukacita; dan membaca sampai lebih dari 5 kali; membaca korannya dan juga media online nya. Ku berulang kali membaca dan memperhatikan alinea demi alinea.

Dan memang benar, di balik senang - suka cita - gembira tersebut, ada keprihatinan yang sangat mendalam. Tak terasa, air mata mengalir, dan tertahan di kelopak mata. Sambil berguman, "Ko masih ada seperti itu".

Ternyata hasil penelitian Pusat Kajian Pancasila dan Agama IAIN Sunan Ampel Surabaya) tersebut, juga menghasilkan sesuatu yang luar biasa, bahkan sangat di luar di luar dugaan, yaitu ada  30,2 % Santri yang (masih) setuju memerangi non-muslim.

Ini sangat mengejutkan, sekali lagi sangat mengejutkan. Mengejutkan sebab ada sisi membela Pancasila (dan dipastikan) karena jiwa dan roh Nasionalisme Indonesia. Akan tetapi, sekaligus di dalam diri mereka ada anomali yang berlawanan  dengan Nasionalisme Indonesia, dan dengan itu mereka setuju (berpendapat, dan ini hasil penelitian ilmiah) memerangi Non-Muslim.

Mengapa bisa terjadi seperti itu!? Ada semangat Nasional sebagai orang Indonesia di Nusantara, tetapi tak memahami betapa pluralnya Nusantara!?  Di Nusantara, sebelum ada agama-agama, telah ada budaya dan unsur-unsurnya, yang memperkaya semua anak bangsa. Dan,  agama-agama ada di Nusantara, dan berbaur dengan unsur-unsur budaya setempat, saling mempengaruhi dan dipengaruhi.

Akibatnya, ada aneka model beragama pada/di berbagai komunitas masyarakat di Nusantara. Mereka tetap sebagai manusia Indonesia yang beragama dan berbudaya Indonesia.  Mereka bukan beragama dan menjadi orang asing di Nusantara. Lalu mengapa ada pemikiran untuk memerangi Non-Muslim di Nusantara!? Bukankah mereka juga bagian dari bangsa ini, cuma beda agama!?

Mungkin, ada yang salah dengan ajaran atau kurikulum yang mereka dapatkan ...!?

ARTIKEL LENGKAP: Sebanyak 70,6 persen dari 1.000 santri yang tersebar pada 20 pesantren di kawasan Mataraman, Madura, Tapal Kuda, dan Pantura Jatim menyatakan tidak setuju, bahkan menolak, bila hukum Islam atau adat menggantikan Pancasila.  "Santri yang sangat setuju dan setuju bila hukum Islam dan hukum adat menggantikan Pancasila tercatat 27,7 persen, yakni 9,7 persen sangat setuju dan 18 persen setuju," kata Direktur Pusat Kajian Pancasila dan Agama IAIN Sunan Ampel Surabaya Suyitno SAg MH di Surabaya, Minggu (12/2). Menurut dia, pihaknya melakukan riset itu untuk meneliti pemahaman santri terhadap Pancasila, karena Pancasila sudah hilang dari dunia pendidikan sejak era reformasi, sehingga riset yang dilakukan menunjukkan perlunya Pancasila diajarkan kembali dalam pendidikan, termasuk pesantren. "Kami juga menemukan 93,6 persen santri di Jatim yang setuju Pancasila menjadi ideologi kebangsaan dan hanya 5,5 persen santri yang kurang setuju dan tidak setuju serta sisanya tidak menjawab," katanya.  Oleh karena itu, katanya, ketika santri ditanya persetujuannya untuk mengganti Pancasila dengan ideologi Islam pun tercatat 57,3 persen menyatakan tidak setuju dan 15,3 persen sangat setuju dan 26,3 persen setuju serta 1,1 persen abstain.

"Kendati hanya 57,3 persen santri yang tidak setuju untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi Islam, tapi 85 persen santri tidak setuju bila NKRI dibubarkan dan hanya 5,2 persen yang sangat setuju dan 8,8 persen yang setuju NKRI dibubarkan," katanya.

Artinya, pemahaman santri untuk menyetujui Islam sebagai ideologi itu tidak sampai membubarkan NKRI, namun mungkin juga pemahaman santri tentang Islam sebagai ideologi hanya sebatas hukum dan mungkin ideologi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline