Jakarta pekan ini politik dan demokrasi memanas, suhu dan tensi politik tinggi, bahkan merambat dan berpengaruh terhadap aspek kehidupan lainnya.
Jika dicermati keributan yang terjadi di Jakarta pekan ini hanya didorong oleh napsu kekuasaan dan keserakahan.
Para elit negeri ini mempertontonkan cara berpolitik dan cara berdemokrasi yang tidak beretika, jiwa negarawan tidak ada, tatakrama, kesopan santunan tidak ada dalam benaknya.
Yang ada hanya saling menghujat, saling membunuh karakter, saling mematikan harkat dan martabat sesama anak bangsa.
Inikah ciri, watak dan perilaku para politikus, negarawan dan tokoh tokoh bangsa di negeri ini ??
Lalu bagaimana dengan masyarakat biasa yang ada di kampung kampung, apakah harus mencontohi perilaku politik dan demokrasi seperti itu ??? Oh tidak, masyarakat di kampung hidup dalam adat istiadat dan budaya lokalnya yang selalu junjung tinggi nilai kebersamaan.
Situasi Jakarta, terkesan demokrasi di gunakan untuk kepentingan rakyat, padahal sesungguhnya hanya kemasan belaka, sementara substansinya adalah untuk kepentingan pribadi, kelompok, organisasi dan partai politiknya.
Faktanya hari ini para elit politiknya ribut, ingin saling menguasai, saling mematikan, menyusun kekuatan dan power, menyusun strategi dan langkah langkah dengan maksud untuk memenangkan Pemilu Tahun 2024.
Pemilu masih 3 tahun lagi kedepan, tetapi upaya, langkah dan strategi setiap pribadi, kelompok dan partai sudah di mulai.
Jika upaya, langkah dan strategi yang digagas masih dalam batas kewajaran ya masyarakat pasti memahami, tetapi yang dipertontonkan adalah diluar batas kewajaran. Situasi demikian ini yang menjadi pertanyaan masyarakat, apakah para elit ini tidak turut merasakan musibah dan krisis bangsa sekarang ? Covid19 dan mutasi barunya dan Ekonomi masyarakat, bangsa dan negara.
Bantulah Presiden kita untuk mengatasi masalah besar bangsa ini.