Ayub merupakan seorang tokoh utama dalam cerita rakyat yang berkembang dalam sejarah bangsa Israel yang oleh penulisnya ditulis dan akhirnya masuk ke dalam salah satu kitab perjanjian lama. Kitab ini sering dikatakan sebagai puncak hikmat-kebijaksanaan umat Israel, karena jika ditinjau dari segi sastra, kitab ini sangat unggul dan ditulis oleh penulis yang dikenal secara mendalam. Namun demikian, penulis akan tetap membahas mengenai mengenai Ayub.
Ayub adalah seorang pria di negeri Uz yang menyembah Yehuwa (penyebutan untuk Allah Israel). Dia baik hati, menolong wanita yang suaminya sudah meninggal dan anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Dia orang yang setia dan Allah berkenan kepadanya. Tetapi, Iblis tidak suka terhadap sikap Ayub ini. Suatu ketika iblis menghadap dan menantang Allah untuk menguji kesetiaan Ayub. Allah sangat yakin akan kesetiaan Ayub, maka Ia membiarkan iblis menguji Ayub. iblis mencobai Ayub dengan mengambil semua harta miliknya, termasuk anak-anaknya. Iblis berharap dengan melakukan itu, Ayub murka dan mengutuk Allah. Namun Ayub tetap takut akan Tuhan. Setelah pencobaan selesai, Allah mengetahui bahwa hambanya Ayub adalah orang yang sangat setia. Maka Ia melipatgandakan rezekinya, sebagai hadiah atas kesetiaannya.
1. Penderitaan Ayub
Dalam kisahnya Ayub digambarkan sebagai orang yang benar dan Allah berkenan kepadanya. Namun Ayub tetap mengalami penderitaan. Hal ini menunjukkan persoalan yang dihadapi oleh orang-orang benar.
Pencobaan pun dimulai iblis mencobai Ayub dengan mengambil semua harta miliknya, termasuk anak-anaknya. Iblis berharap dengan melakukan itu, Ayub murka dan mengutuk Allah. Namun Ayub tetap takut akan Tuhan. Setelah pencobaan selesai, Allah mengetahui bahwa hambanya Ayub adalah orang yang sangat setia. Maka Ia melipatgandakan rezekinya, sebagai hadiah dari kesetiaannya.
2. Kesetiaan Ayub
Kesetiaan berarti keteguhan hati, ketaatan, baik dalam persahabatan maupun perhambaan/pelayanan. Kesetiaan sering kali juga berarti kepatuhan. Dalam menghadapi pencobaan, Ayub tidak bisa berbuat apa-apa selain berpasrah pada Tuhan.
Dalam hal ini, ketekunan Ayub-lah yang menjadi pertimbangan. Setia merupakan komitmen terhadap tanggung jawab dan kewajiban yang ada. Ayub telah melakukan tanggung jawab dan kewajibannya terhadap Allah yang menjadi sumber kekuatannya dalam menghadapi situasi yang buruk. Dengan kata lain, imanlah yang membuat Ayub bisa dan tetap bertahan.
3. Makna dari Kisah Ayub
Sudah dijelaskan bahwa Ayub merupakan orang yang benar. Hal ini diungkap dalam Ayub 1:1: "Orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan". Memang perlu diakui bahwa seringkali penderitaan diakibatkan oleh dosa. Namun, ketika penderitaan dipahami secara objektif dan jujur, penderitaan merupakan bagian integral dari kehidupan. Tidak seorang pun yang luput dari penderitaan. Inilah alasan Ayub tetap berpegang teguh pada prinsipnya. Ayub memiliki paradigma yang benar tentang penderitaan. Maka Ayub menerima penderitaan itu sebagai bagian dari kehidupannya.
Segala sesuatu akan disebut bernilai jika sudah melewati ujian. Nilai dari sesuatu ditentukan dari ujian yang dihadapi. Demikianpun setiap orang pasti akan mengalami ujian. Ujian yang dimaksud adalah penderitaan yang adalah realitas.
Dalam kisah Ayub, ketiga teman ayub (Elifas, Bildad, dan Zofar) membujuk Ayub supaya dia menerima keadaannya dan mengaku bersalah kepada Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H