Lihat ke Halaman Asli

Resiko Eskalasi Konflik, Pasukan Korea Utara Segera Dikirim ke Garis Depan Ukraina

Diperbarui: 30 Oktober 2024   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kim Jong-Un dalam parade militer di Pyongyang 2022. foto/KCNA/EPA

Korea Utara dikabarkan telah mengirim pasukan untuk membantu usaha Presiden Vladimir Putin dalam Perang Ukraina. Konflik ini telah berlangsung selama dua tahun terakhir sejak awal dimulainya invasi pada 24 Februari 2022.

Pengiriman pasukan oleh Korea Utara untuk membantu pasukan Rusia di medan perang Ukraina akan menyebabkan resiko perluasan konflik yang "besar", kata Andrii Sybiha Menteri Luar Negeri Ukraina, seperti yang dilaporkan Politico pada hari Sabtu (19/10/2024).

Korea Selatan telah memperingatkan keterlibatan Pyongyang yang semakin meningkat dalam konfilk Rusia -- Ukraina dan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan mengatakan sebanyak 1.500 pasukan khusus telah dikerahkan ke Rusia oleh pihak Korea Utara.

Mengutip CNN, Minggu (20/10/2024), sebuah rekaman video yang dibagikan oleh organisasi pemerintah Ukraina, Pusat Komunikasi Strategis dan Keamanan Informasi Ukraina, meperlihatkan rekaman dengan audio berkualitas rendah, barisan panjang tentara yang diduga berbicara dalam bahasa Korea. Para tentara sedang mengantre untuk menerima seragam beserta perlengkapan di sebuah tempat pelatihan yang berlokasi di daerah timur jauh Rusia. Hal ini mengonfirmasi laporan Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan mengenai pengiriman pasukan Korea Utara sebanyak 1.500 personel yang menjalani pelatihan untuk dikerahkan ke Ukraina.

Pihak Korea Selatan juga mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi beberapa delegasi perwira Korea Utara yang berkunjung ke daerah-daerah garis depan Ukraina untuk memberikan panduan tentang rudal balistik KN-23 buatan Korea Utara yang digunakan oleh Rusia, menggunakan teknologi pengenalan wajah berbasis AI

Media Korea Selatan sebelumnya melaporkan bahwa pihak Utara akan melakukan pengiriman total sebanyak 12.000 pasukan, meskipun jumlah ini tidak disebutkan secara resmi dalam pernyataan Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan.

Meskipun demikian, pihak Korea Utara dan Rusia telah membantah adanya pertukaran militer antar kedua negara. Dimitry Peskov, Sekretaris Pers Kremlin dari Rusia, menepis kabar berita mengenai pasukan Korea Utara dan menyebutnya sebagai "berita palsu." Sekretaris Jenderal NATO, pada hari Jum'at (18/10/2024), Mark Rutte mengatakan bahwa dirinya tidak dapat "mengonfirmasi laporan bahwa warga Korea Utara sekarang secara aktif terlibat sebagai tentara dalam upaya perang."

Rusia telah menembakkan puluhan rudal balistik buatan Korea Utara dan telah menerima amunisi artileri dan senjata anti-tank dalam jumlah besar, menurut kabar Korea Selatan, Ukraina, Amerika Serikat dan beberapa peneliti independen lainnya.

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengatakan pada hari Jum'at (18/10/2024), jika laporan itu benar, hal itu "menunjukkan tingkat keputusasaan" di pihak Rusia. Namun, masih ada beberapa persoalan perihal bagaimana Rusia akan menggabungkan Korea Utara di medan perang Ukraina, seperti senjata, amunisi, dan sumber daya manusia mungkin belum bisa mengubah keadaan secara signifikan, tetapi dapat membuat konflik semakin berlarut dan jauh dari penyelesaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline