Kebanyakan orang awam berpendapat, tauran pelajar SMP dan SMA disebabkan kenakalan remaja, hal demikian otomatis merupakan pendapat yang umum dan kemungkinan besar adalah benar. Tetapi apabila ditilik lebih dalam kita harus membedah keberadaan para pelajar menjadi beberapa bagian :
1.Pelajar yang mengikuti aturan sekolah, dimana mereka mengikuti kurikulum yang harus di pelajarinya dan bersedia berkonpetisi menjadi pelajar yang ungggul
2.Pelajar yang berpendapat yang penting naik kelas dan lulus sekolah, tidak mementingkan ilmu yang dipelajari
3.Pelajar yang tidak sanggup mengikuti kurikulumm dari sekolah dan mereka tidak mengerti apa tujuan mereka bersekolah.
Menjadi masalah adalah pelajar pada poin 3, dimana mereka tidak bisa mengikuti kurikulum sekolah yang harus ditanggungnya. Ada kemungkinan karena kelemahan intelektual mereka tidak sanggup mengikuti kurikulum mata pelajaran yang ditetapkan di sekolah mereka, sehingga pelajar melampiaskan waktu luang mereka untuk nongkrong sesama pelajar.
Akar masalah Tauran pelajar disebabkan antara lain:
1.Pelajar tidak mengetahui apa tujuan mereka bersekolah.
Kesadaran pelajar untuk apa tujuan mereka bersekolah?, merupakan hal yang terpenting untuk mereka ketahui, karena apabila hal ini tidak didengungkan kepada para pelajar, mereka tidak akan pernah menyadari apa tujuan mereka bersekolah, pelajar yang sadar akan tujuan mereka bersekolah tentu hal tersebut akan memacu mereka untuk mengikuti kurikulum yang ada dan mereka berusaha untuk berkonpetisi dengan pelajar lain untuk menjadi pelajar yang unggul dalam semua mata pelajaran.
Semestinya para guru di sekolah sudah mengetahui semua pelajar yang demikian, begitu juga guru pembimbing yang ada disekolah SMP dan SMA, namun para guru biasanya tidak terlalu berani untuk memberitahukan kenakalan anak didiknya kepada orang tua murid. Apabila hal ini komunikasikan dengan intensif kepada orang tua pelajar, kemungkinan besar orang tua pelajar akan mengetahui kekurangan dan kelemahan saat anaknya bersekolah. Guru dan orang tua pelajar akan mecari jalan keluar apakah anak tersebut dibimbing secara intensif atau di cari sekolah sesuai kemampuan pelajar tersebut untuk mengikutinya, apakah dipindahkan ke sekolah jurusan sesuai dengan kemampuannya intelektual pelajar tersebut.
2.Tidak adanya kesadaran tanggungjawab sebagai pelajar
Menimbulkan kesadaran tanggungjawab kepada pelajar adalah juga merupakan tuntunan pelajar untuk mencapai tujuan mereka bersekolah. Tentunya sekolah dan guru serta orang tua pelajar seharusnya tidak henti-hentinya mengingatkan pelajar akan tanggungjawab mereka sebagai pelajar, dimana belajar adalah merupakan tanggugjawab mereka kepada orang tua mereka yang telah bersusah payah mencari uang untuk kebutuhan mereka bersekolah.
Dengan menggali akar masalah pelajar tersebut diatas, semoga sekolah, guru, dan orang tua pelajar, dan pembuat kurikulum mata pelajaran sekolah SMP dan SMA dapat mencari solusi yang terbaik supaya tidak terjadi lagi perkelahian pelajar SMP dan SMA di DKI Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H