Lihat ke Halaman Asli

AI Memasuki Dunia Seni: Seniman Terancam?

Diperbarui: 4 Juni 2024   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Pada era digitalisasi ini, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah AI (Artificial Intelligence) yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti google assistant dan Siri. AI berhasil mempermudah manusia dalam berbagai bidang. Saat ini, AI yang awalnya dikembangkan untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, telah memasuki dunia kreatif. 

"Kreativitas" AI dapat digunakan dalam berbagai kegiatan manusia yang dianggap memerlukan kreativitas, seperti menulis cerita, membuat lagu, dan membuat ilustrasi. Untuk menghasilkan sebuah ilustrasi, AI memanfaatkan program text-to-image generator. Artinya, AI dapat membuat sebuah ilustrasi hanya dengan mengetik beberapa kata (prompt). 

Orang-orang, pada umumnya, mungkin menerimanya dengan senang hati. Namun, tidak sedikit juga pertentangan yang muncul mengikutinya, terutama dari orang-orang yang mendalami bidang tersebut. Salah satu buktinya adalah tagar #TolakGambarAI yang sempat trending di Twitter (X) pada awal tahun 2024. Untuk lebih lengkapnya, berikut beberapa alasan atas pertentangan yang muncul.

AI mencuri gambar ilustrator

Gambar yang dihasilkan AI memang tidak memiliki hak cipta. Akan tetapi, "kreativitas" AI tidak hadir begitu saja seperti pada manusia. AI tidak dapat bekerja tanpa data. Oleh karena itu, AI "mencuri" gambar para ilustrator. Maksudnya, data-data yang digunakan AI didapatkan dari gambar yang diambil oleh pengguna jasa AI ilustrasi tanpa izin ilustrator yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat dari gaya dan aset gambar yang digunakan AI. 

Konsep yang digunakan memang ditulis oleh pengguna jasa AI. Namun, komposisi gambar dipelajari AI dari ilustrasi-ilustrasi yang telah dicuri, sehingga seringkali gambar buatan AI yang ditemui mirip atau bahkan sama persis dengan ilustrasi orang lain. Tindakan plagiarisme ini sangatlah tidak etis. Inilah alasan utama penggunaan AI dalam bidang seni ditentang oleh banyak ilustrator. 

AI disalahgunakan sebagai alat komersial

Seperti yang kita ketahui, untuk menggunakan jasa ilustrator, kita tentu harus membayar sejumlah uang dan menunggu proses yang cukup lama. Akan tetapi, orang-orang menyukai sesuatu yang instan dan murah (gratis). AI menyediakan hal tersebut. Alhasil, banyak orang yang beralih ke AI. 

Beberapa orang bahkan mengakui gambar buatan AI sebagai ciptaannya sendiri, mengunggahnya ke media sosial sebagai portofolio, dan menjualnya setara dengan gambar yang dihasilkan ilustrator. Lucunya, tidak sedikit orang yang membeli gambar buatan AI itu. Selain masyarakat umum, beberapa perusahaan besar juga mulai enggan menggunakan jasa ilustrator untuk kepentingan komersial. 

Ironisnya, meskipun telah mendapatkan banyak kritik dari netizen, perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan alasan memanfaatkan teknologi sebagai pembelaan. Apabila diteruskan, kreativitas dan pekerjaan para ilustrator akan terancam. 

AI dianggap menghina seniman

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline