Lihat ke Halaman Asli

Enur Janah

Mahasiswi

Terpesona Keasrian Desa

Diperbarui: 7 September 2021   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mentari di ufuk timur mulai menampakkan sinarnya, kulihat dari jendela kamar, gelap malam berangsur hilang berganti terang.

Ku beranjak menuju halaman untuk menghirup udara segar.

"Alhamdulillah, ku masih bisa melihat cakrawala di pagi hari yang cerah ini," ucapku dalam hati.

Sepoi angin yang mengguncang daun pohon kelapa di area persawahan dekatku berada, terasa dingin menusuk tulang.

Sehingga tidak lama aku kembali ke posko dan bersiap untuk menjalani rutinitasku.

Selesai sarapan pagi bersama kawan-kawan seperjuangan, aku bergegas menuju suatu kampung menyusuri jalanan aspal.

Sejauh mata memandang, jalanan itu dikelilingi pohon bambu yang menyejukkan pengguna jalan, berkelok dan melewati area persawahan.

Sampai akhirnya aku dan kawan-kawanku tiba di tempat tujuan.

Ku melihat sebuah pemandangan yang khas pedesaan ketika menelusuri jalan di sana.

Pandanganku tertuju pada jalan cukup lebar dan panjang yang belum tersentuh aspal alias masih berbentuk tanah. Di pinggirnya terdapat area persawahan yang membentang hijau dan diapit sungai.

Lalu-lalang warga membawa alat-alat pertanian menuju sawah melewati jalan itu tampak ramah, ketika aku mencoba menyapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline