A. Pendahuluan
Kampung Muallaf Oeselaen terletak di Desa Akle Kecamatan Semau Selatan Pulau Semau Kabupaten Kupang Provinsi NTT. Menarik dan menimbulkan pertanyaan dalam diri saya mengapa kampung ini disebut kampung muallaf Oeselaen. Pertanyaan dan penasaran dalam diri saya tersebut akhirnya terjawab juga ketika kami silaturahmi ke rumah Daeng Sanda Bolos Tokoh masyarakat muslim di kampung tersebut.
Menurut Daeng Sanda Bolos "Bahwa awalnya yang pertama kali mendiami kampung ini adalah orang bugis Islam dan menikah dengan Perempuan-Perempuan disekitar kampung ini yang mayoritas beragama Kristen, kemudian banyak juga dari Saudara mereka yang menyatakan masuk islam dan tinggal di sini sampai sekarang." Jadi dari penjelasan Bapak Sanda Bolos tersebut tidak mengherankan dari data jumlah Muslim 58 Kepala Keluarga (KK) atau 262 jiwa sebanyak 37 KK atau 148 Jiwa adalah Muallaf atau sekitar 75% Muallaf (Sumber: Data Adi Kupang 2016).
Menuju Kampung muallaf Oeselaen perjalanannya tidak terlalu sulit dan hanya memakan waktu sekitar 2 jam dari Kota Kupang, pertama ke Pelabuhan Tenau naik perahu yang memang disewakan oleh Masyarakat sekitar, 30 menit perjalanan sampailah di Dermaga Semau Utara, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan naik mobil pick up atau naik ojek perjalanan sekitar 1 jam 30 menit ke kampung Muallaf Oeselaen.
Dalam perjalanan menuju kampung muallaf tersebut di musim kemarau kita akan melihat tanah-tanah tandus dan gersang yang merupakan ciri khas Pulau Semau yang terkenal dengan tandus dan misterius, tetapi di Musim Penghujan Tanah Semau adalah yang paling subur Pulau Semau terkenal pemasok Bawang merah dan Buah Mangga terbesar di Kota Kupang. Berbeda halnya kalau kita masuk ke Kampung Muallaf Oeselaen meskipun musim kemarau, semuanya rindang dan pohon-pohon tumbuh subur. Subhanallah
Masjid Nurul Haq adalah satu-satunya masjid di Kampung Mualaf Oeselaen, pada tahun 2015 atap masjid tersebut mengalami kerusakan akibat serangan badai, dengan Inisiator Muhammad Ramli salah satu Da'i Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) terkemuka di Kota Kupang akhirnya renovasi masjid secara keseluruhan tahun 2016 bisa terselesaikan. Belia juga prihatin terhadap kondisi Pendidikan di Kampung ini, jarak antara Kampung Muallaf tersebut ke SD terdekat 5 Km, Ke SMP terdekat 5 Km, dan Ke SMA terdekat 7 Km, sehingga banyak anak-anak di Kampung Muallaf tidak sekolah, oleh karena itu Muhammad Ramli menginisiasi melalui Lembaga Pengabdian Alumni Santri (L-PAS) Pesantren Abu Hurairah untuk mengirim Da'i yang bertugas di Kampung Muallaf ini, selain mengajari dan membina anak-anak dengan pendidikan Islam juga membina orang tua yang muallaf tata cara berislam kaffah.
Kampung Muallaf Oeselaen mayoritas bermata pencaharian sebagai Nelayan meskipun lahan di kampung ini cukup subur cocok dijadikan lahan pertanian dan kebutuhan air bersih tidak sulit, hampir tiap rumah memiliki sumur di halamannya masing-masing, tetapi menurut Akbar Bolos Tokoh Pemuda di kampung ini mengatakan " bahwa Profesi Nelayan adalah turun temurun sejak dari nenek moyang kami dan pendapatan di Nelayan juga cukup besar karena lingkungan laut kami masih terjaga dari upaya pencemaran dan perusakan lingkungan laut."
Memang benar kata Akbar, bahwa lingkungan laut di Kampung Muallaf ini masih terjaga hal ini dibuktikan oleh kami ketika memancing dipinggir pantai dan melaut tidak terlalu jauh dari pantai yang kami dapatkan Ikan Kakap, Kerapu, baronang, dll. Umunya Hasil tangkapan ikan masyarakat di Kampung Muallaf biasa di jual ke Pasar Ikan Oeba Kota Kupang. Selain itu budi daya rumput laut (Echeume cottonii) juga sangat menjanjikan terbukti menurut Akbar "dengan budi daya rumput laut ini, pendapatan bisa mencapai 10 juta perbulan (40 hari panen)."
B. Strategi Pemberdayaan
Potensi kekeyaan Alam di Kampung Muallaf ini sangat besar terutama dari perikanan, tetapi ironisnya ada kesenjangan ekonomi antara satu dengan lainnya meminjam istilah Umer Chapra (2006) ada ketidak adilan distributif, ada sebagian masyarakat di kampung muallaf yang kondisinya sangat memprihatinkan dan sangat membutuhkan bantuan menurut data Akademi Da'wah Indonesia (ADI) kupang tahun 2016 sebanyak 37 jiwa tergolong Sangat Miskin, sungguh ironi ditengah potensi kekayaan Alam tersebut pengelolaan usaha masih individual dan tradisional sehingga sering merugikan dan menguntungkan pihak tertentu (baca: tengkulak)
Ada beberapa catatan saya tentang strategi pemberdayaan di Kampung Muallaf Oeselaen