[caption id="attachment_394576" align="aligncenter" width="249" caption="Abdul Manan (Baju Putih) pertemuan dilaksanakan di Hotel sofyan Cikini jakarta, 2013"][/caption]
Benarkah Abdul Manan
Presiden Bajo Indonesia?
Oleh Minhadzul Abidin
Abdul manan Pria kelahiran 19 Mei 1961 di Desa Mola Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara, banyak orang mengenalnya sebagai Presiden Bajo Indonesia, beberapa kali Penulis berjumpa dengan Beliau waktu kunjungan di Jakarta kebetulan beliau adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Wakatobi, kesan pertama ketika berjumpa Beliau adalah sederhana (low profile), akrab dan cerdas. Alumni S-2 di jurusan teknik lingkungan di Chiang Mai University, Thailand mempunyai kontruksi pemikiran yang sangat luas terhadap perkembangan masyarakat Suku Bajo, mulai dari konsep pembangunan Rumah Pintar Apung, Filosofi hidup masyarakat Suku Bajo, Sejarah Masyarakat Suku Bajo dan Penyebarannya.
Ditengah kompleksitas penyebaran Masyarakat Suku Bajo sampai keluar negeri, dan perbedaan penelitian tentang asal-usul masyarakat Suku Bajo Abdul Manan rencananya akan bekerjasama Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari Sulawesi Tenggara dan Universite de La Rochelle Prancis akan meneliti DNA Suku Bajo untuk mengetahui asal usul masyarakat suku Bajo, MoU kerja sama akan ditandatangani, Penelitian DNA ini merupakan salah satu bagian untuk membantu mengetahui asal usul masyarakat Suku Bajo, ujar Beliau ketika diskusi dengan teman-teman Himpunan Mahasiswa Sapeken (HIMAS) Di Hotel Grand Sahid Jakarta.
Dilihat dari program dan pemikiran Abdul Manan terhadap perkembangan Masyarakat Suku Bajo memang tidak bisa dibantah lagi integritas dan keilmuan Beliau terhadap masyarakat Suku Bajo, tetapi ada yang sedikit mengganjal dalam hati Penulis, terutama Ketika Penulis ikut dalam obrolan santai dengan Redaktur TV Nasional Jepang yang ingin membuat film dokumentasi tentang kebiasaan Masyarakat Suku Bajo (Wakatobi). Abdul Manan kesannya hanya menyampaikan bahwa Masyarakat suku Bajo adalah masyarakat di Kabupaten Wakatobi, masyarakat Bajo hanya diindentifikasi trah asli Suku Bajo. mungkin karena posisinya sebagai Kepala Bappeda Wakatobi atau terlalu terinspirasi film the mirror never lies besutan Nadine Chandrawinata dkk. Padahal dalam beberapa keterangannya Abdul manan menyatakan bahwa Bajo Wakatobi daerah paling baru yang didiami Orang Bajo, bahkan Bajo Sapeken di Jawa Timur lebih lama dari Bajo Wakatobi.
Bukankah menurut Zacot (2002) orang Bajo banyak yang akhirnya menetap, baik dengan inisiatif sendiri atau di’paksa’ pemerintah. Namun tempat tinggalnyapun tidak pernah jauh dari laut. Banyak orang Bajo yang akhirnya menetap, sedang lainnya masih berkelana di lautan. Mereka membangun pemukiman-pemukiman baru di berbagai penjuru Indonesia. Berikut sebagian dari tempat bermukimnya suku Bajo ini, utamanya di Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara, Jawa timur sebagai pusat pemukimannya. Orang Bajo dikenal mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, kendati tradisinya sendiri tetap berjalan. jadi kalau berbicara masyarakat Suku Bajo tidak pernah terpusat hanya di wakatobi saja harus berbicara dalam skala makro tentang masyarakat suku bajo tersebut, bahkan Bahasanya pun sudah bercampur (asimilasi) dengan bahasa yang ditempati di daerah yang ditempati tersebut (Zacot: 2002 )
Terakhir yang mungkin untuk bisa sama-sama kita luruskan adalah Abdul Manan dalam menjalankan roda organisasi Kerukunan Keluarga Bajo (KEKAR BAJO) yang merupakan awal Beliau disebut sebagai Presiden Bajo Indonesia menurut hemat Penulis kalau dilihat dalam Implementasi Kebijakan Edward III dan Hogwood and Gunn implementasi kebijakannya tidak akan berhasil karena Abdul Manan tidak Pernah menjalan organisasi dengan baik terlalu single power (berkuasa sendiri), buktinya Abdul Manan dalam Capres kemarin mengajak anak-anak HIMAS untuk tergabung untuk mendukung Prabowo-Hatta atas nama Masyarakat suku bajo, tetapi akhirnya acara tersebut juga gagal total karena Abdul Manan tidak pernah komunikasi dan koordinasi dengan pengurus lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia, senada dengan pengakuan salah satu Tokoh Bajo Sapeken yang merupakan pengurus KEKAR BAJO tidak pernah selama ini merasa dilibatkan dalam kegiatan KEKAR BAJO padahal nama Beliau ada dalam Struktur Pengurus KEKAR BAJO yang Abdul Manan tunjukkan pada Saya. Alasan klise Abdul Manan adalah jaraknya yang terlalu jauh sehingga komunikasi Pengurus tidak berjalan efektif.
Mungkin jadi pertanyaan kembali dalam diri kita Apakah benar Abdul Manan Presiden Suku Bajo Indonesia, Presiden yang tidak mengenal Bajo secara keseluruhan hanya terpusat di Wakatobi, Presiden yang hanya menjalan roda organisasi sendiri tanpa program yang jelas, sebagian besar hanya bersifat wacana mulai dari Kongres Bajo Internasional 2013, Kongres Pemuda Bajo dunia 2014, terus akankah Presiden Bajo kita ini memikirkan nasib seluruh Masyarakat Suku Bajo Indonesia yang sebagian besar miskin terbelakang atau hanya barang dagangan sang Presiden semata. wallahu a'lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H