Lihat ke Halaman Asli

Pengagum

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ilustrasi: http://www.studentmagz.net/

Padat sesak melindap diantara para penyeka asap

Merogoh jengkal-jengkal naluri yang tersungkal di bebatangan, bebatuan, bahkan di perapian

Bertalang lampion ungu aku hadir tepat di batang hidungmu, menyeka rindu

Mengusap asap yang keluar dari rongga senja yang berwujud nafsu

Apa kau tahu dimana ada kamu, malam menjadi tak memanusia?

Cidera, membiru bahkan kadang membabi buta

melayangkan mata-mata yang terus menginjak garis perawan yang menitikkan darah pertama

***

Tepat di atas pemakaman para penyair jalanan

dibungkus beragam pelana yang kadang menghadirkan ketakhardikan

aku bersama bayanganmu mencumbu ari-ari senja

Teman yang selalu kau hadirkan untuk calon anak-anak kita

Apa kau bangga pernah menjadi bagian pemeran utamanya

Sesaat tertawa, gila, sampai kau pandai mendadah lidah

***

Aku berbisik pada telinga tetangga

mendesis

berdecap

mengedip

lantas menelunjuk

Apa benar dia itu ibu

dari anak-anakku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline